BRIN: Bioteknologi jadi solusi ketahanan pangan tanah air
Jakarta – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan bioteknologi sebagai salah satu solusi strategis dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional, di tengah tekanan perubahan iklim, keterbatasan lahan, dan meningkatnya kebutuhan pangan.
Peneliti Pusat Riset Teknologi Pengujian dan Standar BRIN Prof Bambang Prasetya dalam diskusi “The Science Behind: Food Security” di Jakarta, Kamis, mengatakan bioteknologi berperan penting dalam mengurangi potensi gagal panen yang diakibatkan perubahan iklim, sekaligus menjadi solusi terhadap tantangan krusial seperti perubahan iklim, penurunan kualitas lahan, dan serangan hama.
“Dengan pengembangan yang bertanggung jawab dan berbasis kebutuhan lokal, teknologi ini dapat mendorong sistem pangan yang lebih tangguh dan berkelanjutan,” katanya.
Bambang menilai pertanian Indonesia saat ini masih tertinggal sekitar 15-20 tahun dibandingkan dengan negara-negara tetangga dalam hal pemanfaatan benih teknologi.
Oleh karena itu, menurutnya kolaborasi antara lembaga riset dan sektor swasta berperan penting dalam mempercepat adopsi teknologi yang aman, terbukti, dan bermanfaat langsung bagi petani di lapangan.
“Diharapkan dengan mulai digunakannya benih jagung bioteknologi, ketahanan pangan nasional dapat terwujud,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Direktur Bayer Indonesia & Country Commercials Lead Indonesia and Malaysia Yuchen Li mengatakan tantangan multidimensi yang dunia hadapi saat ini menuntut sektor pertanian untuk bertransformasi, di mana cara-cara tradisional tidak lagi mencukupi.
Menurutnya, diperlukan terobosan berbasis ilmu pengetahuan, salah satunya melalui pemanfaatan bioteknologi di bidang pertanian.
“Bayer berkomitmen penuh untuk mendukung ketahanan pangan nasional melalui inovasi ilmiah yang bertanggung jawab, serta membangun kolaborasi erat dengan pemerintah, komunitas ilmiah, dan para petani di lapangan,” katanya.
Yuchen memaparkan pihaknya telah mendorong inisiatif dan inovasi berbasis sains untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan mendorong ketahanan pangan nasional.
Salah satunya, dengan melahirkan benih jagung bioteknologi DK95 yang telah membantu meningkatkan pendapatan hingga 30 persen berkat hasil panen lebih tinggi dan pengurangan biaya input.
“Dibandingkan dengan benih jagung konvensional, DK95R toleran terhadap herbisida. Herbisida dapat digunakan secara selektif dalam benih jagung DK95R tanpa merusak tanaman jagung. Keunggulan seperti ini menunjukkan potensi besar bioteknologi dalam mendukung praktik pertanian yang lebih efisien dan berkelanjutan,” ucap Yuchen Li.*