Program MBG Manfaatkan Alokasi dari Kebijakan Efisiensi Anggaran

Oleh : Hanifah )*

Pemerintah Indonesia terus berupaya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan meluncurkan berbagai program yang bertujuan memenuhi kebutuhan dasar, seperti kesehatan, pendidikan, dan gizi. Salah satu inisiatif penting yang diperkenalkan adalah Program Makan Bergizi Gratis (MBG), yang dirancang untuk memastikan masyarakat, terutama yang berada di bawah garis kemiskinan, mendapatkan akses terhadap makanan bergizi yang diperlukan untuk menjaga kesehatan mereka.

Namun, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh pemerintah adalah keterbatasan anggaran. Oleh karena itu, dalam rangka memastikan keberlanjutan program-program sosial, termasuk Program MBG, pemerintah menerapkan kebijakan efisiensi anggaran.

Untuk mendukung pelaksanaan program MBG, pemerintah melakukan berbagai langkah untuk efisiensi anggaran. Salah satunya adalah dengan mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025 yang mengatur tentang efisiensi belanja dalam pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2025.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani mengatakan pemerintah menargetkan penghematan anggaran hingga 306,69 triliun, dimana dana tersebut akan dialokasikan untuk mendukung berbagai program prioritas, termasuk Makan Bergizi Gratis. Setiap dana yang digunakan akan benar-benar memberikan manfaat nyata bagi masyarakat.

Kebijakan efisiensi anggaran ini bertujuan untuk memaksimalkan penggunaan dana negara, dengan mengalihkan sumber daya yang terbatas ke program-program yang memiliki dampak langsung terhadap kesejahteraan masyarakat. Salah satu program yang mendapat manfaat dari kebijakan efisiensi anggaran ini adalah Program MBG.

Keberhasilan Program MBG ini sangat bergantung pada efisiensi penggunaan anggaran. Dalam rangka mengoptimalkan dana yang terbatas, pemerintah memastikan bahwa setiap alokasi anggaran digunakan untuk program yang memiliki dampak langsung pada masyarakat. Dengan demikian, program ini dapat mencakup lebih banyak penerima manfaat, dari anak-anak hingga orang dewasa, di daerah-daerah yang memiliki tingkat kemiskinan tinggi dan akses terbatas terhadap makanan bergizi

Ketua Komisi XI DPR RI, Mukhamad Misbakhun mengatakan bahwa pihaknya setuju terkait penggunaan efisiensi anggaran sebesar Rp. 100 triliun untuk Makan Bergizi Gratis (MBG), ini akan bermanfaat untuk menghidupkan UMKM serta anggaran sisa hasil efisiensi lebih produktif guna meningkatkan ekonomi nasional.

Program MBG juga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan. Ketika masyarakat mendapatkan akses terhadap makanan bergizi, mereka akan lebih sehat dan memiliki lebih banyak energi untuk menjalani aktivitas sehari-hari. Hal ini tentu saja berpengaruh pada produktivitas mereka, baik dalam pekerjaan maupun kegiatan lainnya. Kesehatan yang lebih baik akan membuat masyarakat lebih mampu berkontribusi pada perekonomian, baik melalui pekerjaan formal maupun usaha kecil dan menengah yang mereka kelola.

Secara keseluruhan, Program MBG yang didukung oleh kebijakan efisiensi anggaran memiliki potensi untuk memberikan dampak besar bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia. Program ini tidak hanya membantu mengatasi masalah gizi buruk dan kekurangan pangan, tetapi juga berperan dalam meningkatkan kesehatan, pendidikan, dan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan. Dengan anggaran yang dikelola secara efisien, program ini dapat menjangkau lebih banyak penerima manfaat, sehingga dapat menciptakan perubahan yang signifikan dalam mengurangi angka kemiskinan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal juga memberi dukungan untuk program MBG melalui dana desa. Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, Yandri Susanto mengatakan 20 persen dari Rp 71 triliun dana desa di 2025 akan dialokasikan untuk Program MBG. Anggaran itu diproyeksikan untuk menyuplai bahan baku pelaksanaan MBG dan dikelola oleh badan usaha milik desa atau Bumdes

Dalam mengimplementasikan kebijakan efisiensi anggaran, pemerintah juga memastikan bahwa pelaksanaan Program MBG dilakukan secara efisien dan tepat sasaran. Dengan merencanakan dan mengawasi penggunaan anggaran secara cermat, pemerintah dapat meminimalkan pemborosan dan memastikan bahwa setiap rupiah yang dikeluarkan memberikan manfaat maksimal bagi penerima manfaat. Misalnya, alokasi anggaran dapat difokuskan pada daerah-daerah yang paling membutuhkan bantuan, sehingga program ini dapat menjangkau lebih banyak individu yang berisiko mengalami kekurangan gizi.

Program MBG juga berperan dalam memperkuat ketahanan pangan di Indonesia. Ketahanan pangan yang baik adalah salah satu pilar utama dalam pembangunan nasional, dan Program MBG memberikan kontribusi yang signifikan dalam mencapainya. Dengan memberikan makanan bergizi secara gratis kepada masyarakat yang membutuhkan, program ini turut meningkatkan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga. Masyarakat yang lebih sehat dan memiliki akses yang lebih baik terhadap pangan bergizi akan lebih mampu mengatasi berbagai tantangan ekonomi, baik itu dari sisi pendapatan maupun akses ke kebutuhan dasar lainnya.

Dengan terus mengoptimalkan penggunaan anggaran, pemerintah Indonesia dapat memastikan bahwa program-program sosial, termasuk Program MBG, dapat berjalan dengan efektif dan memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi masyarakat. Kebijakan efisiensi anggaran ini menunjukkan bahwa meskipun sumber daya terbatas, dengan pengelolaan yang baik, pemerintah dapat menghadirkan perubahan yang signifikan dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

)* Pengamat kebijakan Publik

Kalangan Akademisi Apresiasi Langkah Cepat Pemerintah Respon Aspirasi Kesejahteraan Dosen

Jakarta – Pemerintah mendapatkan apresiasi dari kalangan akademisi atas langkah cepatnya dalam merespons aspirasi kesejahteraan dosen, khususnya terkait pencairan tunjangan kinerja (tukin) bagi dosen Aparatur Sipil Negara (ASN). Kebijakan ini dianggap sebagai bukti nyata komitmen pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan tenaga pendidik di perguruan tinggi.

Dengan alokasi anggaran sebesar Rp2,5 triliun yang telah disetujui oleh Kementerian Keuangan, pencairan tukin dosen dijadwalkan akan mulai direalisasikan pada tahun 2025. Berbagai tokoh akademisi dan pemangku kepentingan pun menyambut positif langkah ini, seraya berharap implementasinya berjalan lancar dan sesuai dengan harapan para dosen di seluruh Indonesia.

Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Lalu Hadrian Irfani, menyatakan bahwa anggaran sebesar Rp2,5 triliun untuk tukin dosen ASN telah disetujui oleh Kementerian Keuangan.

“Alhamdulillah, tukin untuk dosen ASN sebesar Rp2,5 triliun sudah disetujui dan akan direalisasikan pada tahun 2025,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa saat ini proses pencairan hanya menunggu finalisasi regulasi, termasuk penyelesaian Peraturan Presiden (Perpres) dan Peraturan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Permendiktisaintek) yang mengatur mekanisme pelaksanaannya.

Rektor Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes., mengapresiasi komitmen dan langkah cepat Kemendikbudristek dalam menanggapi aspirasi dosen terkait tukin.

”Sangat mengapresiasi komitmen dan langkah cepat Kemendikbudristek dalam menanggapi aspirasi dosen terkait tukin. Ini menunjukkan perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan dosen” terangnya.

Namun, di balik kabar baik ini, terdapat dinamika yang perlu dicermati. Sebelumnya, pada Desember 2024, Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Jenderal Kemendikti Saintek, Prof. Togar M. Simatupang, menyatakan bahwa dana untuk tukin belum dianggarkan dalam APBN 2025.

“Saat ini, dana untuk tukin belum dianggarkan dalam APBN 2025,” ungkapnya.

Menanggapi perkembangan ini, Ketua Serikat Pekerja Kampus (SPK), Dhia Al Uyun, menekankan pentingnya realisasi tunjangan kinerja bagi dosen.

“Berdasarkan riset kami, 61 persen dari 1.200 dosen menerima gaji bersih di bawah Rp3 juta. Bahkan, gaji dosen perguruan tinggi swasta sering kali lebih rendah dari pekerja harian,” ungkap Dhia.

Langkah cepat pemerintah dalam mengakomodasi aspirasi kesejahteraan dosen patut diapresiasi sebagai bentuk komitmen nyata terhadap peningkatan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia. Keputusan untuk mengalokasikan anggaran tukin dosen menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menghargai peran akademisi sebagai pilar utama dalam mencetak generasi unggul. Diharapkan, kebijakan ini dapat terus berlanjut dengan implementasi yang transparan dan berkelanjutan, sehingga kesejahteraan dosen semakin meningkat dan berdampak positif pada mutu pendidikan nasional.

Komitmen Pemerintah Terwujud Dalam Alokasi Dana Tunjangan Dosen

Jakarta – Pemerintah Prabowo-Gibran memastikan pencairan Tunjangan Kinerja (Tukin) bagi dosen Aparatur Sipil Negara (ASN) pada tahun 2025. Total anggaran yang disiapkan mencapai Rp 2,5 triliun. Komitmen pemerintah ini disambut dengan antusias oleh dosen ASN yang telah menanti pencairan Tukin selama lima tahun. Proses pencairan Tukin dosen tersebut masih menunggu penerbitan Peraturan Presiden (Perpres) sebagai dasar hukum.

Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Lalu Hadrian Irfani, mengatakan bahwa Komisi X berkomitmen untuk mengawal pencairan Tukin dosen hingga tuntas. Kemendikti Saintek telah mengajukan anggaran Rp 10 triliun, namun yang disetujui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) hanya Rp 2,5 triliun.

“Ini kabar baik untuk para dosen ASN. Tidak lama lagi, hak mereka yang tertunda selama lima tahun akan segera diterima,” ujar Lalu Hadrian.

Lalu Hadrian juga menegaskan bahwa Perpres menjadi elemen kunci dalam proses pencairan Tukin dosen. Oleh karena itu, pemerintah harus segera menyelesaikan penyusunan Perpres tersebut agar pencairan dapat dilakukan sesuai aturan.

Lalu Hadrian mengingatkan bahwa proses pencairan Tukin harus dilakukan secara hati-hati untuk menghindari pelanggaran aturan. Para dosen harus bersabar karena pemerintah masih menyiapkan regulasi dan administrasi.

“Kami terus mengawal agar pencairan Tukin dosen dapat terealisasi. Semoga Perpres yang menjadi dasar hukum segera diterbitkan,” ungkap Lalu Hadrian.

Sebelumnya, aturan mengenai Tukin dosen diatur dalam Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 447/P/2024. Namun, perubahan nomenklatur kementerian membuat aturan tersebut tidak dapat dijalankan, sehingga diperlukan Perpres baru sebagai dasar hukum pencairan Tukin. Pemerintah juga mempertimbangkan opsi pencairan melalui skema tambahan tunjangan sertifikasi dosen, meskipun belum ada kepastian lebih lanjut.

Sementara itu, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani memastikan Tukin atau remunerasi dosen akan diselesaikan dalam waktu dekat.

Sri Mulyani membenarkan bahwa para dosen saat ini belum mendapatkan tunjangan kinerja. Namun, para dosen sudah mendapatkan tunjangan profesi.

“Jadi mereka sudah dapat tunjangan profesi tapi belum tunjangan kinerja atau remunerasi,” kata Sri Mulyani.

Sri Mulyani memastikan saat ini pemerintah masih pada tahap penghitungan dan pendataan serta mempersiapkan Perpres terkait Tukin dosen.

“Saat ini kami sedang memproses penghitungan dan pendataan dan perpres sedang juga dalam proses untuk difinalkan,” ujar Sri Mulyani.

Sri Mulyani menjelaskan Tukin para dosen akan selesai dalam waktu dekat. Tahapnya, saat ini tengah finalisasi.

“Keputusan mengenai Tukin dari dosen PTN Satker di lingkungan Kemendiktisaintek, PTN ya, dosen di PTN Satker lingkungan Kemendiktisaintek, kemudian dosen PTN BLU yang belum menerapkan remunerasi dan dosen PNS LL Dikti serta dosen KL lainnya mengenai Tukin sedang dalam proses finalisasi Perpres yang akan diselesaikan dalam waktu dekat,” jelas Sri Mulyani.

Dengan komitmen pemerintah dan dukungan dari berbagai pihak, pencairan Tukin dosen akan segera terealisasi dan memberikan kepastian kepada para dosen ASN atas hak mereka. Pemerintah tentu memperhatikan kesejahteraan para dosen sebagai salah satu pencetak generasi masa depan bangsa yang berkualitas. []

Pemerintah Setujui Anggaran Tunjangan Dosen ASN Untuk Kinerja Lebih Optimal

Oleh: Nurul Janida )*

Pemerintah telah memberikan persetujuan anggaran untuk pencairan Tunjangan Kinerja (Tukin) bagi dosen Aparatur Sipil Negara (ASN) pada tahun 2025. Keputusan ini memberikan kabar gembira bagi dosen ASN yang telah menanti hak selama lima tahun. Meskipun pengajuan awal anggaran mencapai Rp 10 triliun, pemerintah akhirnya menyetujui anggaran sebesar Rp 2,5 triliun untuk pencairan Tukin pada tahun mendatang.

Keputusan ini disambut dengan antusias oleh kalangan dosen ASN yang sudah lama menunggu pencairan tukin sebagai kompensasi atas pencapaian kinerja. Langkah ini dianggap sebagai pencapaian positif bagi kesejahteraan dosen.

Proses pencairan sendiri masih menunggu penerbitan Peraturan Presiden (Perpres) yang akan menjadi dasar hukum untuk pencairan Tukin. Perpres ini dinilai sebagai elemen kunci yang akan memastikan proses pencairan berjalan sesuai dengan aturan yang ada.

Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Lalu Hadrian Irfani, menyatakan bahwa pihaknya akan mengawal pencairan tukin ini sampai selesai. Meskipun anggaran yang disetujui lebih rendah dari yang diajukan, Lalu Hadrian menegaskan bahwa hal ini tetap merupakan kabar baik bagi para dosen ASN yang telah menunggu selama bertahun-tahun. Ia juga menambahkan bahwa Perpres yang sedang disusun menjadi bagian penting dalam menyelesaikan masalah pencairan tukin ini.

Lalu Hadrian juga mengingatkan agar proses pencairan dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari potensi pelanggaran aturan yang bisa menghambat pencairan. Ia meminta kepada para dosen ASN untuk bersabar karena pemerintah masih menyelesaikan regulasi yang diperlukan.

Dalam beberapa kesempatan, Lalu juga menyampaikan pentingnya koordinasi antar lembaga untuk memastikan bahwa seluruh proses ini dapat berjalan lancar tanpa adanya kendala administrasi. Oleh karena itu, pihaknya akan terus berkomunikasi dengan Kementerian Keuangan dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikti) untuk memastikan anggaran tersebut tepat sasaran.

Sementara itu, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Satryo Soemantri, mengatakan bahwa persetujuan anggaran Tukin merupakan wujud nyata komitmen pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan dosen dan pegawai negeri sipil (PNS). Ia mengungkapkan bahwa anggaran ini menjadi salah satu bentuk apresiasi terhadap kinerja para dosen di seluruh Indonesia.

Tunjangan Kinerja ini, yang diberikan berdasarkan pencapaian kerja individu dan instansi, diharapkan dapat meningkatkan motivasi dosen untuk memberikan kontribusi yang lebih optimal dalam bidang pendidikan dan penelitian. Di samping itu, pengalokasian anggaran tersebut juga diharapkan dapat mengurangi beban finansial bagi para dosen yang selama ini harus bekerja tanpa mendapatkan imbalan yang setimpal.

Sebelumnya, aturan mengenai pencairan tukin dosen diatur dalam Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 447/P/2024. Namun, perubahan nomenklatur kementerian membuat aturan tersebut tidak bisa dijalankan, sehingga diperlukan Perpres baru sebagai dasar hukum pencairan tukin.

Proses perubahan regulasi ini menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah, yang harus mengeluarkan kebijakan baru untuk menyelaraskan aturan yang berlaku dengan struktur kementerian yang baru. Pencairan tukin melalui skema tambahan tunjangan sertifikasi dosen juga masih menjadi opsi yang tengah dibahas, meskipun belum ada kepastian mengenai hal ini.

Dengan adanya komitmen dari pemerintah dan dukungan penuh dari Komisi X DPR RI, pencairan tukin diharapkan dapat segera terealisasi. Dosen ASN yang selama ini menunggu akan segera menerima haknya, memberikan dampak positif bagi kesejahteraan dan semangat kerja mereka.

Selain itu, pencairan tukin juga diharapkan dapat mendorong peningkatan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia, karena dosen akan lebih termotivasi untuk terus berkarya dan meningkatkan kompetensi. Pemerintah berharap langkah ini akan membawa perubahan signifikan dalam dunia pendidikan di Indonesia, dan turut berkontribusi pada kemajuan bangsa.

Kabar baik ini juga membuka peluang bagi dosen untuk lebih fokus pada pengembangan akademik dan penelitian tanpa terbebani oleh masalah finansial. Pencairan tukin ini menjadi langkah awal dalam upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan dosen di masa depan.

Kendati begitu, pemerintah juga mengingatkan pentingnya untuk menjaga kualitas kinerja, karena tukin diberikan berdasarkan hasil kerja yang telah dicapai. Dosen ASN diharapkan terus bekerja keras, tidak hanya untuk mendapatkan insentif, tetapi untuk kemajuan pendidikan dan perkembangan riset yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

Pencarian tukin bukan hanya sekadar memberikan insentif finansial, tetapi juga sebagai bentuk penghargaan atas kontribusi besar para dosen dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu, pemerintah berkomitmen untuk terus memperbaiki sistem pengelolaan tunjangan dan memastikan bahwa setiap dosen ASN dapat menikmati manfaat yang sesuai dengan kinerja. Ke depannya, pemerintah berencana untuk melakukan evaluasi rutin terhadap program tukin ini agar dapat disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan sektor pendidikan.

Di sisi lain, para dosen ASN pun menyambut positif keputusan ini dengan harapan besar. Mereka berharap bahwa pencairan tukin dapat menjadi pemicu untuk peningkatan kualitas pengajaran dan penelitian, serta mendorong terciptanya lingkungan akademik yang lebih produktif. Seiring dengan upaya pemerintah yang terus memperhatikan kesejahteraan dosen, diharapkan dosen ASN di Indonesia akan semakin maju dan berdaya saing global.

)* Penulis adalah mahasiswa Malang tinggal di Jakarta

Pemerintah Tegaskan Pembayaran Tukin Dosen ASN Tidak Tertunda

Oleh: Fadila Nisa )*

Pemerintah memastikan bahwa tunjangan kinerja (tukin) bagi dosen Aparatur Sipil Negara (ASN) tetap dibayarkan sesuai dengan komitmen yang telah ditetapkan. Koordinasi antara Kementerian Keuangan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek), serta Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) terus dilakukan guna menjamin kelancaran implementasi kebijakan ini. Dengan demikian, tidak ada alasan bagi para dosen untuk khawatir mengenai keterlambatan atau pemotongan tukin mereka.

Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno, menegaskan bahwa pemerintah tengah berupaya mengoptimalkan pemberian tukin bagi dosen ASN. Dirinya memastikan bahwa koordinasi antara Mendiktisaintek dan Kementerian Keuangan terus dilakukan agar implementasi pembayaran berjalan sesuai rencana. Dalam beberapa waktu terakhir, pihaknya telah berkomunikasi dengan Mendiktisaintek untuk memastikan bahwa tunjangan ini tetap menjadi bagian dari anggaran negara.

Pemerintah juga menegaskan bahwa isu terkait nihilnya tukin bagi dosen ASN pada tahun 2025 adalah hal yang perlu didiskusikan lebih lanjut, bukan sebuah keputusan yang sudah ditetapkan. Oleh karena itu, pemerintah tetap membuka ruang untuk pembahasan lebih dalam mengenai mekanisme pembayaran tukin, terutama dalam kaitannya dengan alokasi anggaran yang telah dirancang secara hati-hati.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, menyampaikan bahwa pemerintah telah mengalokasikan anggaran untuk membayarkan tukin kepada 97.734 dosen dari empat kategori. Dosen di Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) selama ini telah menerima tukin secara berkelanjutan sesuai standar yang berlaku. Begitu pula dengan dosen di Perguruan Tinggi Negeri Badan Layanan Umum (PTN BLU), meskipun masih terdapat beberapa PTN BLU yang belum menerapkan sistem remunerasi. Pemerintah berkomitmen untuk menyelesaikan persoalan tersebut agar semua dosen mendapatkan haknya secara adil.

Selain itu, tukin juga akan diberikan kepada dosen yang bekerja di Perguruan Tinggi Negeri Satuan Kerja (PTN Satker) serta dosen berstatus ASN di Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI). Pemerintah kini tengah menyiapkan regulasi yang lebih jelas dalam bentuk Peraturan Presiden (Perpres) guna mengatur mekanisme pemberian tukin ini. Proses finalisasi Perpres sedang berlangsung, dan diharapkan dapat segera selesai sehingga pembayaran tukin dapat dilakukan tanpa kendala administratif.

Pemerintah juga memahami bahwa ketidakpastian mengenai pembayaran tukin dapat berdampak pada kesejahteraan dosen serta stabilitas sektor pendidikan tinggi. Oleh karena itu, kebijakan ini terus menjadi perhatian utama agar tidak ada keterlambatan yang dapat mengganggu kelangsungan proses akademik di perguruan tinggi. Dengan adanya komitmen kuat dari berbagai pihak, diharapkan seluruh dosen ASN mendapatkan haknya secara tepat waktu.

Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Satryo Soemantri Brodjonegoro, juga menekankan bahwa tukin dosen seharusnya tidak termasuk dalam kebijakan efisiensi anggaran. Ia memastikan bahwa tunjangan dosen tetap menjadi prioritas dan tidak akan terkena pemotongan. Pemerintah memahami bahwa kesejahteraan dosen sangat berpengaruh terhadap kualitas pendidikan tinggi di Indonesia. Oleh karena itu, tukin tetap dialokasikan dalam anggaran negara tanpa ada pengurangan.

Saat ini, perhatian utama pemerintah adalah memastikan kelancaran pembayaran tukin kepada seluruh dosen ASN. Kementerian Keuangan telah mengidentifikasi bahwa sebagian dosen di PTN BLU dan PTN Satker masih menghadapi kendala dalam penerimaan remunerasi. Oleh karena itu, pemerintah berupaya untuk mengatasi permasalahan ini dengan menyesuaikan anggaran agar semua dosen mendapatkan hak mereka secara merata.

Selain menjamin pembayaran tukin yang tepat waktu, pemerintah juga tengah mengevaluasi sistem remunerasi dosen guna memastikan efektivitas kebijakan ini. Evaluasi ini mencakup distribusi anggaran, implementasi kebijakan tukin, serta dampaknya terhadap kinerja akademik secara keseluruhan. Dengan langkah ini, diharapkan sistem pembayaran tukin dapat berjalan lebih transparan, efisien, dan sesuai dengan kebutuhan dosen di seluruh Indonesia.

Meskipun kebijakan efisiensi anggaran diterapkan di berbagai sektor, pemerintah tetap berkomitmen untuk tidak mengurangi tunjangan kinerja dosen. Keputusan ini menegaskan bahwa pendidikan tetap menjadi prioritas utama dalam kebijakan pembangunan nasional. Dengan adanya jaminan ini, dosen di berbagai perguruan tinggi dapat menjalankan tugasnya dengan tenang tanpa perlu khawatir terhadap pembayaran hak mereka.

Langkah pemerintah ini juga merupakan bentuk penghargaan terhadap dedikasi para dosen dalam membangun pendidikan tinggi yang berkualitas. Pemerintah menilai bahwa dosen tidak hanya bertanggung jawab dalam proses pengajaran, tetapi juga berperan dalam riset dan inovasi yang berdampak pada kemajuan bangsa. Dengan memastikan pembayaran tukin yang lancar, pemerintah berharap dapat meningkatkan motivasi dan kinerja para pendidik di perguruan tinggi.

Pemerintah juga menyadari bahwa pendidikan merupakan faktor kunci dalam meningkatkan daya saing bangsa. Oleh karena itu, mendukung kesejahteraan dosen melalui kebijakan pembayaran tukin yang tepat waktu merupakan bagian dari strategi besar dalam membangun ekosistem pendidikan yang unggul. Dengan komitmen ini, pemerintah terus berupaya memastikan bahwa sektor pendidikan mendapatkan perhatian yang layak demi kemajuan Indonesia.

Keberlanjutan pembayaran tukin bagi dosen ASN menjadi bukti nyata bahwa pemerintah serius dalam mendukung sektor pendidikan. Dengan sinergi antara berbagai kementerian dan lembaga, diharapkan seluruh kendala administratif dapat segera diatasi. Pemerintah ingin memastikan bahwa setiap dosen yang telah mengabdikan diri dalam dunia akademik mendapatkan penghargaan yang setimpal atas kontribusi mereka bagi bangsa dan negara.

)* Pengamat Kebijakan Publik

Pemerintah Tingkatkan Kualitas Kesejahteraan dan Pendidikan Melalui Makan Bergizi Gratis

Pemerintah Indonesia terus berupaya meningkatkan kualitas pendidikan dan kesejahteraan siswa melalui program Makan Bergizi Gratis (MBG). Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Fajar Riza Ul Haq, menegaskan bahwa MBG bukan hanya program pemberian makanan, tetapi juga bagian dari strategi besar dalam meningkatkan mutu pendidikan.

“Banyak siswa datang ke sekolah dalam keadaan lapar, yang tentu memengaruhi konsentrasi dan prestasi mereka. Program ini hadir untuk memastikan setiap anak mendapatkan nutrisi yang cukup agar bisa belajar dengan lebih baik,” ujarnya.

Selain meningkatkan kesehatan siswa, program ini juga bertujuan membentuk kebiasaan hidup sehat melalui pola makan yang teratur dan bernutrisi. Dengan pengawasan gizi yang ketat, siswa diharapkan tidak hanya mendapatkan manfaat kesehatan tetapi juga belajar pentingnya disiplin dan kebersihan.

Wamen Fajar menjelaskan bahwa program ini akan diperluas secara bertahap, dengan target seluruh sekolah yang membutuhkan dapat menikmati manfaat MBG pada akhir 2025.

“Banyak faktor yang harus diperhitungkan, seperti kesiapan infrastruktur dan sumber daya. Namun, pemerintah berkomitmen agar semua anak yang membutuhkan bisa merasakan manfaatnya,” jelasnya.

Pemerintah telah mengalokasikan anggaran Rp71 triliun untuk MBG, yang akan meningkat menjadi Rp171 triliun pada akhir tahun 2025. Prioritas utama diberikan kepada sekolah-sekolah di daerah dengan tingkat kerawanan pangan tinggi atau siswa dari keluarga prasejahtera.

“Sekolah di daerah perkotaan yang siswanya berasal dari keluarga mampu mungkin tidak terlalu membutuhkan bantuan ini, sehingga kami fokus pada sekolah-sekolah yang lebih membutuhkan,” tambahnya.

DPR RI bersama Badan Gizi Nasional (BGN) terus melakukan sosialisasi MBG untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan menekan angka stunting..

Anggota Komisi IX DPR RI, Lucy Kurniasari, menekankan pentingnya kewaspadaan masyarakat terhadap pihak-pihak yang mengatasnamakan BGN dalam menjalankan program ini.

“Sosialisasi ini penting agar masyarakat tidak mudah tertipu oleh pihak yang mengklaim sebagai penyelenggara MBG tanpa izin resmi,” ujarnya.

Lucy juga mengungkapkan bahwa angka stunting di Kabupaten Sidoarjo terus menunjukkan penurunan. Pada Agustus 2023, tercatat 5.026 balita mengalami stunting, tetapi angka ini terus berkurang berkat berbagai program gizi dari pemerintah daerah.

Kelompok Pengusaha Wanita Berperan Dalam Menggerakkan Pemerataan Ekonomi Nasional

Jakarta – Kelompok pengusaha wanita di Indonesia kini memainkan peran kunci dalam menggerakkan pemerataan ekonomi nasional. Dengan semakin berkembangnya jumlah pengusaha perempuan yang terlibat dalam berbagai sektor industri, pemberdayaan ekonomi perempuan menjadi salah satu pilar utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Menurut Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, pengusaha perempuan sering menghadapi kendala dalam mengakses pembiayaan dan modal usaha, yang menghalangi perkembangan bisnis yang dipimpin. Melihat berbagai masalah tersebut, Kadin Indonesia pun memiliki strategi untuk memberdayakan perempuan.

“Salah satu strategi yaitu dengan menyediakan program pelatihan berbasis kebutuhan pasar, sehingga perempuan dapat mengakses lebih banyak peluang kerja.” Ujar Teguh Anantawikrama selaku Wakil Ketua Umum Kadin.

Teguh Anantawikrama berpendapat bahwa pemberdayaan perempuan di Indonesia seharusnya tidak hanya difokuskan pada kesetaraan gender, tetapi juga sebagai langkah strategis untuk membangun kekuatan ekonomi yang kokoh. Menurutnya, pemberdayaan perempuan merupakan kunci penting dalam mencapai pertumbuhan nasional yang berkelanjutan.

“Upaya ini membutuhkan sinergi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung perempuan, agar dapat berkembang serta memberikan kontribusi yang signifikan bagi pembangunan bangsa,” ujar Teguh.

Teguh meyakini bahwa Indonesia akan dapat membuka potensi besar dari populasi perempuannya, dan menjadikannya motor penggerak ekonomi nasional. Pemberdayaan perempuan memiliki potensi untuk meningkatkan produktivitas dan inovasi di berbagai sektor, yang pada gilirannya akan memperkuat daya saing Indonesia di tingkat global.

Ketua Umum Pemberdayaan Perempuan UMKM Indonesia (PPUMI), Munifah Syanwani, mengungkapkan bahwa kontribusi perempuan dalam UKM sangat penting, khususnya dalam bidang kuliner, produk rumah tangga, dan fashion. Produk-produk yang dikelola oleh perempuan, baik itu dalam bentuk makanan maupun barang rumah tangga, memberikan sumbangan signifikan dalam memperkuat perekonomian lokal dan nasional.

“Perempuan tidak hanya menjalankan usaha kecil, tetapi banyak dari mereka yang menjadi tulang punggung ekonomi keluarga,” ungkap Munifah.

Namun, Munifah juga mengakui bahwa perempuan masih menghadapi tantangan dalam dunia usaha. Salah satu tantangan utama adalah stigma negatif yang terus melekat pada perempuan, khususnya pandangan yang menganggap mereka tidak mampu bersaing atau berinovasi di dunia bisnis.

“Padahal kenyataannya, banyak perempuan yang sukses mengelola UKM dan UMKM, tidak hanya menopang ekonomi keluarga tetapi juga berkontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional.” lanjut Munifah.

Hal ini menunjukkan bahwa pemberdayaan perempuan melalui UKM dan UMKM dapat menjadi kunci utama kebangkitan ekonomi Indonesia.

Sinergitas Pemerintah dan Swasta Dorong Pemerataan Ekonomi Nasional

Jakarta – Pertumbuhan dan pemerataan ekonomi nasional merupakan salah satu indikator utama dalam menilai keberhasilan pembangunan suatu negara. Dalam upaya mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan, diperlukan kerja sama yang erat antara pemerintah dan sektor swasta.

Terkait hal itu, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jateng, Rahmat Dwisaputra mengatakan diperlukan penguatan strategis untuk mendorong sektor prioritas Jawa Tengah, khususnya sebagai lumbung pangan dan penumpu industri nasional

”Pentingnya kolaborasi erat dengan pemerintah daerah dan pemangku kepentingan, guna merumuskan kebijakan untuk menjaga stabilitas harga serta mendorong peningkatan investasi dan memercepat digitalisasi khususnya untuk segmen pemerintah.” tegas Rahmat.

Rahmat menjelaskan, strategi itu di antaranya perkembangan sistem pembayaran digital di Jateng strategi dan penguatan sinergi stakeholder menjaga stabilitas dalam mendorong pertumbuhan berkelanjutan, hingga upaya pengendalian inflasi di hulu dan di hilir.

”Sinergi bauran kebijakan nasional perlu ditingkatkan guna memitigasi dampak negatif risiko global dan meningkatkan kinerja perekonomian.” ujarnya.

Selain itu, sektor keuangan juga menjadi contoh sinergi yang kuat antara pemerintah dan swasta dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, sektor perbankan dan lembaga keuangan lainnya memiliki peran dalam menyalurkan kredit kepada dunia usaha, memberikan akses pembiayaan bagi UMKM, serta mendukung inovasi di bidang keuangan melalui pengembangan teknologi finansial atau fintech.

Sebagai upaya memperkuat ketahanan ekonomi daerah, Bank Indonesia NTT menegaskan pentingnya kerja sama antara pemerintah daerah, perbankan, dan pelaku usaha dalam mendukung digitalisasi ekonomi.

Dalam forum ini, BI NTT menekankan pentingnya penggunaan teknologi dalam sistem pembayaran dan transaksi keuangan.

“Digitalisasi UMKM melalui QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) menjadi salah satu agenda utama untuk meningkatkan aksesibilitas keuangan masyarakat,” ucap Deputi Direktur Agus Sisty Widjajati.

BI NTT terus mendorong peningkatan literasi keuangan di kalangan pelaku usaha mikro dan masyarakat umum agar dapat memanfaatkan layanan keuangan secara optimal.

“Dengan sinergi yang kuat antara pemerintah, swasta, dan masyarakat, diharapkan inklusi keuangan dan digitalisasi dapat membawa manfaat nyata bagi seluruh lapisan masyarakat,” katanya.

Mengapresiasi Strategi Jitu Pemerintah Akselerasi Pemerataan Ekonomi Nasional

Oleh: Wika Brigita Sari (*

Pemerataan ekonomi menjadi salah satu tantangan utama dalam pembangunan nasional. Ketimpangan antara wilayah perkotaan dan pedesaan, serta antara daerah maju dan tertinggal, sering kali menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Pemerintah, melalui berbagai kebijakan strategis, terus berupaya mempercepat pemerataan ekonomi di seluruh Indonesia guna menciptakan kesejahteraan yang merata bagi seluruh masyarakat.Salah satu langkah konkret dalam upaya pemerataan ekonomi adalah transformasi ekonomi daerah.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Bali, I Wayan Wiasthana Ika Putra, menegaskan bahwa pihaknya tengah mengakselerasi pemerataan ekonomi antara wilayah utara dan selatan guna mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2018, Bali menargetkan menjadi pusat ekonomi baru yang terus tumbuh dengan melibatkan berbagai sektor unggulan.

Upaya ini menunjukkan bahwa setiap daerah memiliki potensi ekonomi yang harus dioptimalkan. Dengan perencanaan yang matang dan eksekusi yang efektif, transformasi ekonomi daerah dapat menjadi pilar utama dalam pemerataan ekonomi secara nasional. Strategi ini juga sejalan dengan visi pemerintah pusat dalam memperkuat ekonomi berbasis wilayah guna mengurangi ketimpangan antarprovinsi.

Salah satu elemen penting dalam strategi pemerataan ekonomi adalah pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Wakil Menteri UMKM, Helvi Moraza, menegaskan bahwa UMKM berperan besar dalam mempercepat pemerataan ekonomi. Menurutnya, UMKM unggulan harus terlibat dalam berbagai program strategis pemerintah agar mampu berkembang dan berkontribusi lebih besar terhadap perekonomian nasional.

Pemerintah telah mengambil langkah konkret dengan memberikan akses permodalan yang lebih luas bagi UMKM, mendukung digitalisasi bisnis, serta mengintegrasikan UMKM dalam rantai pasok industri nasional. Dengan semakin banyaknya UMKM yang berdaya saing, peluang ekonomi di berbagai daerah pun akan semakin terbuka, sehingga mengurangi kesenjangan ekonomi antara wilayah.

Selain itu, penguatan UMKM juga berkontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah. Dengan memberikan insentif kepada pelaku usaha kecil dan menengah serta membuka akses pasar yang lebih luas, pemerintah memastikan bahwa manfaat pertumbuhan ekonomi dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.

Pemerintah juga menyadari bahwa aksesibilitas merupakan faktor kunci dalam pemerataan ekonomi. Direktur Utama PT Wijaya Karya (WIKA), Agung Budi Waskito, menyebut bahwa pembangunan Jalan Tol Serang-Panimbang menjadi salah satu contoh nyata bagaimana infrastruktur dapat membuka akses ke daerah terisolasi, menciptakan peluang ekonomi baru, dan meningkatkan efisiensi rantai pasok.

Tol ini diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi di wilayah Banten Tengah hingga Banten Selatan, serta mengurangi disparitas ekonomi dengan Banten Utara. Dengan adanya infrastruktur yang memadai, investasi akan semakin mudah masuk ke daerah-daerah yang sebelumnya kurang berkembang, sehingga memperkuat daya saing wilayah tersebut dengan provinsi lainnya.

Selain pembangunan jalan tol, pemerintah juga terus mengembangkan infrastruktur lainnya seperti pelabuhan, bandara, dan jaringan transportasi publik guna memastikan konektivitas antarwilayah semakin lancar. Langkah ini sejalan dengan visi besar pemerintahan saat ini untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang merata dan berkelanjutan.

Pemerintah tidak hanya berfokus pada pembangunan fisik, tetapi juga mengembangkan kebijakan yang mendukung pemerataan ekonomi dalam jangka panjang. Program seperti Dana Desa, Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan berbagai insentif fiskal untuk investasi di daerah menjadi bukti nyata komitmen pemerintah dalam menciptakan ekonomi yang lebih inklusif.

Selain itu, kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah juga semakin diperkuat. Dengan sinergi yang baik, kebijakan yang telah dirancang di tingkat nasional dapat diimplementasikan dengan lebih efektif di daerah, sehingga manfaatnya dapat dirasakan secara nyata oleh masyarakat luas.

Pemerataan ekonomi bukanlah tujuan yang dapat dicapai dalam semalam. Namun, dengan berbagai kebijakan strategis yang telah dijalankan, Indonesia berada di jalur yang tepat menuju pertumbuhan ekonomi yang lebih merata dan berkelanjutan. Transformasi ekonomi daerah, pemberdayaan UMKM, pembangunan infrastruktur, serta komitmen kuat dari pemerintah menjadi fondasi utama dalam mewujudkan visi besar ini.

Masyarakat perlu terus percaya pada pemerintahan saat ini dalam upaya menciptakan kesejahteraan yang merata. Dengan dukungan dan partisipasi aktif dari seluruh elemen bangsa, kita dapat bersama-sama membangun Indonesia yang lebih inklusif, maju, dan berdaya saing tinggi di kancah global.

(* Penulis merupakan anggota Komunitas Moneter Indonesia

Mendorong Peran Aktif Sektor Perbankan dalam Percepatan Pemerataan Ekonomi

Oleh: Nasta Purnamasari (*
Dalam upaya mewujudkan pemerataan ekonomi di seluruh pelosok negeri, sektor perbankan memiliki peran yang sangat strategis. Bank-bank nasional tidak hanya berfungsi sebagai lembaga intermediasi keuangan, tetapi juga sebagai motor penggerak ekonomi yang dapat mempercepat pembangunan inklusif. Melalui berbagai inisiatif dan inovasi, perbankan semakin aktif dalam mendukung kebijakan pemerintah untuk membangun ekonomi dari desa dan memperkuat daya saing nasional.
Corporate Secretary BNI, Okki Rushartomo, menegaskan bahwa pihaknya terus memperkuat perannya dalam mendukung pemerataan ekonomi. Melalui program BNI Dedikasi berfokus pada pemberdayaan ekonomi desa, sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto yang menitikberatkan pada pembangunan dari desa guna mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Menurut Okki, bank berupaya meningkatkan literasi dan inklusi keuangan masyarakat perdesaan. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan mendorong penerapan cashless society agar transaksi ekonomi menjadi lebih efisien dan transparan. Selain itu, program ini juga berupaya meningkatkan daya saing produk dan jasa unggulan desa, sehingga ekonomi lokal dapat berkembang dan mampu bersaing di pasar nasional maupun internasional. Dengan demikian, sektor perbankan tidak hanya berperan sebagai penyedia modal, tetapi juga sebagai fasilitator pembangunan ekonomi berbasis komunitas.
Sementara itu, Direktur Utama BRI, Sunarso, menekankan pentingnya strategi hybrid banking, yakni perpaduan antara layanan digital dan fisik untuk memastikan akses layanan keuangan yang merata. Dalam hal ini, kehadiran Agen BRILink menjadi pilar utama dalam membangun ekosistem keuangan yang inklusif dan berkelanjutan.
Menurutnya, BRI memainkan peran kunci dalam memastikan masyarakat, khususnya di daerah terpencil, memiliki akses terhadap layanan perbankan. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam mempercepat transformasi ekonomi berbasis digital. Melalui pendekatan ini, masyarakat dapat dengan mudah melakukan transaksi keuangan, mengakses kredit usaha, hingga meningkatkan taraf hidup melalui layanan perbankan yang lebih mudah dijangkau.
Komitmen BRI dalam memberikan solusi keuangan yang menyeluruh juga turut mendukung pertumbuhan sektor UMKM. Dengan berbagai produk perbankan yang disesuaikan dengan kebutuhan pelaku usaha kecil dan menengah, BRI berkontribusi dalam memperkuat fondasi ekonomi nasional yang lebih inklusif dan berdaya tahan.
Di sisi lain, Bank Mandiri juga terus berupaya memberikan layanan keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat melalui strategi digitalisasi. Corporate Secretary Bank Mandiri, Teuku Ali Usman, menjelaskan bahwa digitalisasi layanan perbankan merupakan kunci dalam mendorong pemerataan pertumbuhan ekonomi di era modern ini.
Sejalan dengan perkembangan teknologi dan perubahan perilaku masyarakat, Bank Mandiri mencatat bahwa sebanyak 85 persen nasabah baru membuka akun bank melalui aplikasi Livin’ by Mandiri. Angka ini menunjukkan bahwa digitalisasi telah menjadi tren utama dalam layanan perbankan, mempermudah akses bagi masyarakat luas untuk menikmati layanan keuangan yang lebih cepat dan efisien.
Dengan semakin banyaknya masyarakat yang terhubung ke sistem perbankan digital, sektor informal dan UMKM diharapkan dapat lebih berkembang, mengurangi kesenjangan ekonomi, serta mempercepat pertumbuhan ekonomi yang lebih merata di seluruh wilayah Indonesia.
Upaya berbagai bank nasional dalam memperluas akses layanan keuangan membuktikan bahwa sektor perbankan adalah mitra strategis pemerintah dalam mencapai visi pembangunan nasional. Dengan memperkuat inklusi keuangan, memperluas jaringan layanan hingga ke pelosok desa, serta mengadopsi teknologi digital, perbankan semakin berperan dalam menciptakan ekosistem ekonomi yang lebih kuat dan inklusif.
Pemerintah telah menetapkan berbagai kebijakan untuk mendorong pembangunan ekonomi yang merata, dan peran aktif perbankan menjadi faktor kunci dalam mendukung realisasi tujuan tersebut. Dengan adanya sinergi antara sektor perbankan dan kebijakan pemerintah, diharapkan pertumbuhan ekonomi tidak hanya terpusat di kota-kota besar, tetapi juga merata hingga ke desa-desa.
Sebagai masyarakat, kita juga memiliki peran penting dalam mendukung program-program ini. Dengan memanfaatkan layanan perbankan digital, meningkatkan literasi keuangan, serta berpartisipasi aktif dalam pembangunan ekonomi lokal, kita dapat bersama-sama menciptakan ekonomi yang lebih inklusif dan berdaya saing tinggi.
Dengan kolaborasi antara pemerintah, perbankan, dan masyarakat, percepatan pemerataan ekonomi dapat segera terwujud, membawa Indonesia menuju masa depan yang lebih sejahtera dan berkelanjutan.
(* Penulis merupakan pengamat perbankan Lembaga Swadaya Masyarakat Tingkat Provinsi Jawa Barat