Mengoptimalkan UMKM untuk Meningkatkan Daya Saing Ekonomi

Oleh : Gita Oktaviani )*

Pemerintah terus berupaya mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dengan memperkuat sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia. Melalui berbagai program strategis, pemerintah ingin memastikan bahwa seluruh pelaku usaha, terutama UMKM, mendapatkan akses yang lebih luas terhadap pembiayaan, pelatihan, serta pendampingan agar dapat berkembang dan berkontribusi lebih besar terhadap perekonomian.

Salah satu langkah konkret yang sedang dijalankan adalah Program Makan Bergizi Gratis (MBG), di mana pelaku UMKM akan mendapatkan dukungan berupa skema pembiayaan yang dapat membantu kelancaran bisnis mereka.

Skema ini diharapkan mampu mengatasi kendala utama yang kerap dihadapi UMKM, yakni permodalan dan cash flow yang terbatas, terutama ketika pembayaran dari pemerintah mengalami keterlambatan. Dengan adanya bridging modal kerja, pelaku usaha bisa terus beroperasi tanpa harus terbebani kendala finansial yang berpotensi menghambat keberlanjutan bisnis mereka.

Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) RI, Maman Abdurrahman, menekankan pentingnya bridging modal kerja untuk menutup celah waktu antara pelaksanaan usaha dan pencairan anggaran. Dengan demikian, kelangsungan usaha kecil yang menyediakan makanan bergizi tetap terjaga tanpa harus terbebani oleh keterlambatan pembayaran.

Para pelaku UMKM sendiri telah menyuarakan kebutuhan mereka akan akses permodalan yang lebih fleksibel agar bisa tetap menjalankan program ini dengan lancar. Menanggapi hal itu, Kementerian UMKM mengadakan rapat koordinasi yang dipimpin oleh Deputi Usaha Mikro, melibatkan pihak perbankan dan pengelola program MBG guna merumuskan solusi yang tepat. Dalam pertemuan tersebut, bank menyatakan kesiapannya untuk memberikan akses pembiayaan bagi UMKM yang memerlukan suntikan dana awal.

Skema pembiayaan ini dirancang sebagai tanggapan terhadap sistem pembayaran Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG) yang selama ini mengandalkan mekanisme reimburse, yang dirasa membebani UMKM. Dengan adanya akses modal yang lebih cepat, diharapkan para pengusaha kecil dapat fokus pada produksi makanan tanpa harus menunggu pencairan dana pemerintah.

Dalam implementasinya, skema ini akan melibatkan 46 bank penyalur Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang berada di bawah koordinasi Kementerian UMKM, termasuk empat bank besar yang tergabung dalam Himpunan Bank Negara (Himbara).

Deputi Bidang Usaha Mikro Kementerian UMKM, Riza Adha Damanik, menegaskan bahwa rapat koordinasi dengan Himbara dan Badan Gizi Nasional berjalan dengan baik, menghasilkan kemungkinan pembayaran di muka bagi kebutuhan dapur UMKM dalam program MBG.

Riza menyoroti bagaimana skema pembayaran di muka ini merupakan langkah konkret pemerintah dalam membantu UMKM yang selama ini harus menanggung biaya produksi sendiri sebelum mendapatkan pembayaran dari pemerintah.

Berdasarkan data yang dihimpun, dalam satu hari, biaya operasional dapur UMKM yang terlibat dalam MBG bisa mencapai Rp30 juta untuk menyajikan sekitar 3.000 porsi makanan, dengan harga Rp10.000 per porsi. Dalam seminggu, jumlah tersebut bisa membengkak menjadi Rp210 juta, angka yang tidak kecil bagi UMKM yang masih berkembang.

Kesadaran akan tantangan tersebut mendorong pemerintah untuk berupaya mencari solusi terbaik agar UMKM tetap dapat menjalankan usaha mereka tanpa kendala finansial. Oleh karena itu, bank-bank di bawah Himbara diajak berkolaborasi untuk menciptakan mekanisme pembiayaan yang seragam dan mudah diakses oleh UMKM, sehingga program MBG bisa berjalan dengan baik dan berkelanjutan.

Tidak dapat dipungkiri bahwa pemerintah terus berkomitmen melibatkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) serta koperasi dalam berbagai program nasional guna mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah, menilai bahwa partisipasi UMKM dalam program pemerintah berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi hingga lebih dari 8 persen. Namun, ia menekankan pentingnya kesiapan peta jalan serta teknis pelaksanaan agar kebijakan ini berjalan optimal.

Program strategis seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) dan pembangunan tiga juta rumah dinilai membutuhkan keterlibatan UMKM dan pengembang kecil agar manfaat ekonominya lebih luas. Jika UMKM tidak dilibatkan, dampak program seperti MBG tidak akan mencapai hasil maksimal. Selain itu, untuk mewujudkan swasembada pangan, koperasi perlu memiliki rancangan program yang jelas guna mendukung percepatan implementasi kebijakan ini.

Pemerintah telah menegaskan bahwa UMKM dan koperasi akan menjadi bagian dari program-program prioritas nasional. Kebijakan ini tidak hanya meningkatkan daya saing UMKM, tetapi juga memberikan efek berantai pada pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Dengan langkah strategis ini, program pemerintah akan semakin efektif dalam memberdayakan sektor UMKM.

Inisiatif ini menjadi bukti bahwa pemberdayaan UMKM tidak hanya bergantung pada kebijakan pusat, tetapi juga memerlukan dukungan aktif dari pemerintah daerah dan sektor perbankan. Dengan skema pembiayaan yang lebih fleksibel dan pelatihan yang berkelanjutan, UMKM memiliki peluang lebih besar untuk berkembang dan memberikan dampak positif bagi masyarakat.

Melalui kolaborasi yang erat antara berbagai pihak, diharapkan UMKM dapat tumbuh lebih kuat, mendorong pemerataan ekonomi, serta berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara luas. Kini saatnya pelaku UMKM memanfaatkan peluang ini dengan sebaik-baiknya agar ekonomi nasional semakin kokoh dan berdaya saing tinggi.

)* Kontributor Jendela Baca Institute

Food Estate di Papua Telah Melalui Kajian Holistik

Oleh : Gavin Asadit )*

Proyek Food Estate di Papua sebagai langkah strategis yang diambil oleh pemerintah Indonesia untuk memperkuat ketahanan pangan nasional. Mengingat potensi luasnya lahan yang tersedia, Papua dianggap memiliki peran kunci dalam memenuhi kebutuhan pangan domestik. Pemerintah memastikan bahwa proyek ini telah melalui kajian holistik yang melibatkan aspek ekonomi, sosial, budaya, serta lingkungan. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa proyek ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan, tetapi juga memberdayakan masyarakat lokal dan menjaga keberlanjutan lingkungan.

Utusan Khusus Presiden untuk Iklim dan Energi, Hashim Djojohadikusumo memberikan klaim positif terkait proyek ini. Beliau menjelaskan bahwa Food Estate di Papua Selatan menggunakan sekitar 60% lahan kosong yang tidak ada vegetasi hutan, sehingga tidak ada deforestasi yang terjadi. Hashim menekankan bahwa proyek ini dirancang dengan pertimbangan yang matang untuk meningkatkan produksi pangan tanpa merusak lingkungan atau mengubah fungsi ekosistem yang ada. Ini menegaskan komitmen pemerintah dalam menjaga kelestarian lingkungan sekaligus mengoptimalkan potensi pertanian di wilayah Papua.

Pembangunan infrastruktur yang mendukung proyek ini juga menjadi bagian penting dari kesuksesan Food Estate. Pemerintah telah merencanakan pembangunan dermaga di wilayah Wanam dan jalan sepanjang 135 kilometer yang menghubungkan Wanam dengan daerah Muting, yang bertujuan untuk memperlancar distribusi hasil pertanian. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono, mengungkapkan bahwa pembangunan infrastruktur ini dilakukan dengan mempertimbangkan dampak sosial dan lingkungan yang mungkin timbul. Infrastruktur ini akan memastikan distribusi yang lebih efisien, memberikan akses pasar lebih luas bagi petani lokal, dan membuka peluang ekonomi bagi masyarakat setempat.

Dr. Andi Wijaya, pakar agronomi dari Universitas Gadjah Mada juga memberikan pandangannya bahwa proyek Food Estate di Papua adalah langkah besar untuk ketahanan pangan Indonesia. Menurutnya, dengan penerapan teknologi pertanian modern, seperti penggunaan drone untuk pemantauan lahan dan sistem irigasi presisi, produktivitas pertanian akan meningkat tanpa merusak ekosistem. Teknologi ini memungkinkan pengelolaan lahan yang lebih efisien dan ramah lingkungan.

Selain itu, ahli ekonomi pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Siti Nurhayati juga memberikan pandangannya mengenai proyek ini. Ia menyoroti bahwa proyek Food Estate berpotensi memperkuat ekonomi lokal di Papua. Dengan melibatkan masyarakat adat dalam setiap tahap produksi pangan, proyek ini dapat mempercepat pemerataan pembangunan ekonomi di daerah tersebut. Prof. Siti menegaskan pentingnya memastikan bahwa proyek ini menguntungkan semua pihak, terutama masyarakat lokal, dan memberikan akses lebih luas kepada petani Papua untuk berkembang.

Pemerintah juga berkomitmen untuk menjaga keberlanjutan lingkungan dalam proyek ini. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar, menegaskan bahwa setiap tahap dalam proyek Food Estate telah mempertimbangkan dampak lingkungan dengan sangat hati-hati. Pemerintah memastikan bahwa proyek ini tidak akan menyebabkan kerusakan pada hutan primer atau kawasan konservasi. Proyek ini juga dilengkapi dengan program penghijauan untuk menanam kembali vegetasi di sekitar lahan pertanian agar ekosistem tetap terjaga.

Selanjutnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menekankan bahwa proyek Food Estate dapat memberikan dampak positif bagi ekonomi daerah. Ia menjelaskan bahwa ketahanan pangan tidak hanya berfokus pada peningkatan produksi, tetapi juga pada pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui pengelolaan hasil pertanian yang lebih terorganisir. Proyek ini akan melibatkan dialog intensif dengan masyarakat adat untuk memastikan bahwa manfaat ekonomi proyek dapat dirasakan secara adil oleh semua pihak.

Di sisi teknologi, proyek ini menggunakan metode pertanian canggih yang dapat meningkatkan hasil tanpa merusak alam. Teknologi irigasi berbasis sensor yang akan diterapkan di lahan pertanian bertujuan untuk menghemat penggunaan air, terutama di daerah yang menghadapi tantangan distribusi sumber daya air. Selain itu, penggunaan varietas tanaman unggul yang lebih tahan terhadap perubahan iklim juga menjadi bagian dari strategi utama untuk meningkatkan produktivitas secara berkelanjutan.

Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Fadli Zon juga mendukung penuh proyek ini dan menyatakan bahwa keberhasilan Food Estate di Papua akan membuka peluang besar bagi pasar internasional. Dengan Indonesia yang memiliki potensi pertanian yang luar biasa, proyek ini dapat menjadi langkah awal menuju negara yang lebih mandiri dan berdaya saing di pasar global.

Pemerintah Indonesia patut diapresiasi atas langkah berani dan terencana dalam melaksanakan proyek Food Estate di Papua. Dengan pendekatan yang melibatkan kajian holistik, proyek ini tidak hanya bertujuan untuk memperkuat ketahanan pangan, tetapi juga untuk mendorong pembangunan ekonomi daerah dan menjaga kelestarian lingkungan. Komitmen pemerintah dalam melibatkan berbagai pihak, dari masyarakat adat hingga akademisi, menunjukkan keseriusan dalam mewujudkan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan. Ke depan, proyek ini berpotensi menjadi model bagi pengelolaan pertanian yang ramah lingkungan dan mampu membawa manfaat ekonomi jangka panjang, baik untuk masyarakat Papua maupun untuk Indonesia secara keseluruhan. Langkah ini akan semakin memperkuat posisi Indonesia sebagai negara yang mandiri dalam hal pangan dan dapat memenuhi tantangan global yang semakin kompleks.

)* Penulis adalah Pemerhati Masalah Sosial dan Kemasyarakatan

Pemerintah Cegah Pemborosan Anggaran Lewat Efisiensi, Fokus pada Program Prioritas

Jakarta – Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (Presidential Communication Office/PCO) Hasan Nasbi menegaskan Pemerintah mengambil langkah efisiensi anggaran demi meningkatkan produktivitas dan menggerakkan sektor ekonomi. Kebijakan ini bertujuan memastikan dana negara digunakan secara optimal demi kesejahteraan masyarakat.
Menurutnya, biaya perjalanan dinas pemerintah selama ini mencapai Rp44 triliun per tahun. Jika dilakukan efisiensi sebesar 50 persen, sekitar Rp20 triliun dapat dialihkan untuk kebutuhan lebih produktif, seperti pembangunan sekolah di berbagai wilayah Indonesia.

“Kebijakan ini bukan sekadar penghematan, melainkan pengalihan dana ke sektor yang lebih bermanfaat bagi masyarakat luas. Jika efisiensi mencapai 50 persen, maka Rp20 triliun dapat dialokasikan untuk pembangunan 10 ribu sekolah,” kata Hasan.
Selain sektor pendidikan, penghematan dari perjalanan dinas juga bisa membawa manfaat besar bagi sektor pertanian. Dana yang disisihkan dapat digunakan untuk membeli gabah petani hingga 3 juta ton dengan harga minimal Rp6.500 per kilogram. Dengan demikian, petani akan mendapatkan kepastian harga yang lebih baik dan sektor pertanian pun dapat lebih berkembang.

“Langkah ini dapat mendukung sektor pertanian atau bahkan meningkatkan kuota subsidi pupuk. Dengan penghematan ini, jumlah pupuk bersubsidi bisa mencapai 9,5 juta ton. Jadi, anggaran ini dialihkan untuk kegiatan produktif, bukan sekadar dihemat lalu ditabung,” jelasnya.
Hasan juga menyoroti pola penggunaan anggaran yang kurang efektif, terutama menjelang akhir tahun. Menurutnya, dalam tiga bulan terakhir sebelum tahun anggaran berakhir, banyak instansi yang terburu-buru menghabiskan anggaran tanpa perencanaan matang. Hal ini sering kali berujung pada pemborosan dan belanja yang kurang bermanfaat.

“Menjelang akhir tahun, sering muncul kecenderungan untuk menghabiskan anggaran. Kita sudah tidak asing dengan praktik pemborosan yang terjadi di bulan Oktober, November, dan Desember,” ujarnya.
Ia mengibaratkan efisiensi anggaran ini sebagai upaya menghilangkan lemak tanpa mengurangi otot, yang berarti memangkas pemborosan tanpa mengganggu kinerja. Hasan juga mengapresiasi BPOM sebagai salah satu institusi yang telah berhasil menyesuaikan diri dengan kebijakan efisiensi anggaran.

“BPOM mungkin menjadi salah satu institusi pertama yang berkomitmen untuk tetap bekerja secara optimal, meskipun ada efisiensi anggaran. Misalnya, laboratorium pengujian tetap beroperasi dengan listrik dan mesin menyala saat dibutuhkan, namun dimatikan saat tidak digunakan,” tutupnya.

Jaga Stabilitas Fiskal, Pemerintah Terapkan Kebijakan Efisiensi Bertahap

JAKARTA – Pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto terus melakukan langkah strategis dalam menjaga stabilitas fiskal.

Salah satu kebijakan utama yang diterapkan adalah efisiensi belanja negara sebagaimana diatur dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025 tentang Efisiensi Belanja dalam Pelaksanaan APBN dan APBD Tahun Anggaran 2025.

Dengan kebijakan ini, pemerintah menargetkan penghematan anggaran hingga Rp 306,6 triliun.

Kebijakan efisiensi yang diterapkan mencakup pengurangan belanja perjalanan dinas hingga 50 persen, pembatasan kegiatan seremonial dan Focus Group Discussion (FGD), serta pengurangan honorarium tim kerja.

Ekonom dan pengamat pasar keuangan, Ibrahim Assuabi, menilai kebijakan ini sebagai langkah positif dalam mengendalikan defisit anggaran.

“Pemerintah saat ini membutuhkan belanja besar untuk berbagai program pembangunan. Jika tidak diimbangi dengan efisiensi, maka akan semakin banyak obligasi yang harus diterbitkan untuk menutupi anggaran tersebut,” ungkapnya.

Ia menambahkan bahwa dengan adanya efisiensi belanja negara, defisit anggaran dapat ditekan dan ketergantungan pada utang luar negeri bisa dikurangi.

Namun, di sisi lain, Ibrahim juga mengingatkan bahwa kebijakan ini berpotensi berdampak pada sektor bisnis yang selama ini bergantung pada kerja sama dengan pemerintah.

Meski demikian, ia meyakini bahwa penghematan ini akan memberikan ruang fiskal yang lebih besar bagi pemerintah untuk menjalankan program prioritas.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani, menegaskan bahwa langkah efisiensi ini tidak hanya bertujuan untuk menghemat anggaran, tetapi juga untuk meningkatkan akuntabilitas belanja negara.

“Dengan kebijakan ini, kita bisa memperbaiki kualitas belanja, termasuk dalam hal biaya operasional kementerian. Selain itu, efisiensi ini juga dapat menutup celah-celah yang selama ini berpotensi menimbulkan praktik korupsi,” ujarnya.

Presiden Prabowo sendiri telah beberapa kali menekankan pentingnya efisiensi dalam belanja negara.

Salah satu contoh implementasi efisiensi ini dapat dilihat pada Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi), yang mengalami pemangkasan anggaran cukup signifikan.

Untuk tahun anggaran 2025, Kemkomdigi mengusulkan pengurangan belanja sebesar Rp 4,49 triliun atau sekitar 58,17 persen dari total pagu yang disetujui.

Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, menganggap pemangkasan anggaran bukan sebagai beban, melainkan sebagai tantangan untuk menemukan cara kerja yang lebih efisien.

“Pada dasarnya, ini adalah tantangan menarik bagi kami. Masih banyak ruang untuk melakukan efisiensi tanpa mengurangi efektivitas kerja,” ujarnya.

Efisiensi dalam Pengelolaan APBN untuk Menjaga Stabilitas Ekonomi

Oleh: Eko Gumilar )*

Pemerintah terus berupaya menjaga stabilitas ekonomi nasional melalui kebijakan efisiensi dalam pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Langkah ini dipandang sebagai strategi penting dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global serta memastikan bahwa setiap rupiah yang dibelanjakan benar-benar memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat. Presiden Prabowo Subianto telah menegaskan bahwa efisiensi ini tidak hanya bertujuan mengurangi pengeluaran negara, tetapi juga mengoptimalkan penggunaan anggaran agar lebih efektif dan berdampak luas.

Ketua Dewan Pengawas Indonesian Business Council (IBC), Arsjad Rasjid, menilai kebijakan ini sebagai langkah yang tepat. Menurutnya, efisiensi bukan hanya tentang penghematan, tetapi juga tentang bagaimana anggaran dapat digunakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan pendekatan ini, pemerintah tidak sekadar memangkas pengeluaran, tetapi juga membuka ruang bagi sektor swasta untuk berperan lebih aktif dalam pembangunan. Hal ini mencakup berbagai bidang strategis seperti infrastruktur, industri, pangan, dan hilirisasi energi, yang diharapkan dapat menciptakan peluang investasi baru dan lapangan kerja bagi masyarakat.

Selain itu, Arsjad melihat kebijakan efisiensi ini sebagai peluang bagi pemerintah untuk memperbaiki sistem fiskal dengan menggandeng sektor swasta. Dengan melibatkan pengusaha dalam proyek-proyek strategis, pemerintah dapat mengurangi beban APBN tanpa harus mengorbankan program pembangunan. Pendekatan ini juga sejalan dengan upaya meningkatkan pendapatan negara melalui pajak dan retribusi yang diperoleh dari aktivitas ekonomi yang lebih dinamis.

Dari perspektif ekonomi, kebijakan ini juga mendapat dukungan dari akademisi dan pakar kebijakan publik. Achmad Nur Hidayat, ekonom dari UPN Jakarta, menekankan bahwa efisiensi anggaran harus dilakukan secara strategis agar tidak mengganggu jalannya program pemerintah yang telah dirancang sebelumnya. Ia menggarisbawahi bahwa efisiensi bukan sekadar pemotongan belanja, tetapi lebih kepada optimalisasi alokasi dana ke sektor-sektor yang lebih prioritas.

Menurutnya, anggaran yang dikurangi dari belanja operasional kementerian bisa dialihkan ke program-program yang lebih berdampak bagi masyarakat, seperti pembangunan infrastruktur, bantuan sosial bagi kelompok rentan, serta penciptaan lapangan kerja. Dengan pendekatan ini, kebijakan efisiensi tidak hanya menghasilkan laporan keuangan negara yang lebih sehat, tetapi juga memberikan manfaat nyata bagi rakyat.

Namun, Achmad juga menyoroti bahwa upaya efisiensi ini masih menghadapi tantangan struktural dalam pemerintahan, salah satunya adalah ukuran kabinet yang terlalu besar. Ia menilai bahwa perampingan kementerian dan lembaga negara dapat menjadi solusi yang lebih substansial untuk mengurangi beban fiskal. Struktur pemerintahan yang terlalu kompleks sering kali mengakibatkan pemborosan anggaran dalam bentuk biaya operasional, tunjangan, serta birokrasi yang berbelit-belit.

Menurutnya, evaluasi terhadap efektivitas kementerian dan lembaga harus dilakukan secara berkala. Jika terdapat kementerian yang dinilai tidak memberikan kontribusi optimal terhadap pencapaian target pemerintahan, maka perampingan harus dipertimbangkan. Selain meningkatkan efisiensi, langkah ini juga dapat mempercepat proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan kebijakan.

Di sisi lain, kebijakan efisiensi anggaran ini memiliki dampak positif terhadap upaya pemerintah dalam menekan inflasi dan menjaga daya beli masyarakat. Dana hasil penghematan anggaran dapat dialokasikan untuk memperkuat program kesejahteraan rakyat, seperti subsidi energi dan bantuan sosial. Dengan begitu, kebijakan ini tidak hanya membantu mengurangi defisit fiskal, tetapi juga mencegah kenaikan harga kebutuhan pokok yang dapat membebani masyarakat kelas bawah.

Di tingkat global, kebijakan efisiensi dalam pengelolaan anggaran bukan hanya dilakukan oleh Indonesia. Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Mari Elka Pangestu, mengungkapkan bahwa berbagai negara juga menerapkan strategi serupa guna menghadapi ketidakpastian ekonomi dunia. Negara-negara seperti Vietnam, China, dan Amerika Serikat turut melakukan langkah efisiensi untuk menjaga stabilitas fiskal mereka.

Mari menilai bahwa kebijakan yang diterapkan oleh Presiden Prabowo adalah langkah yang tepat, terutama mengingat ruang fiskal Indonesia yang terbatas. Ia menekankan bahwa efisiensi anggaran bukan hanya soal mengurangi pengeluaran, tetapi juga tentang bagaimana memastikan bahwa setiap dana yang dikeluarkan memiliki dampak maksimal bagi masyarakat. Pemerintah, menurutnya, harus memastikan bahwa setiap rupiah yang dibelanjakan benar-benar digunakan untuk program-program yang produktif.

Lebih lanjut, ia mengingatkan bahwa meskipun kebijakan efisiensi ini diperlukan, pemerintah tetap perlu berhati-hati dalam implementasinya agar tidak menghambat pertumbuhan ekonomi. Ia menekankan pentingnya keseimbangan antara penghematan dan belanja produktif yang dapat memberikan manfaat langsung kepada masyarakat. Oleh karena itu, kebijakan ini harus dijalankan dengan perencanaan yang matang agar tidak mengganggu keberlangsungan program-program strategis pemerintah.

Dari berbagai sudut pandang yang ada, dapat disimpulkan bahwa kebijakan efisiensi anggaran yang diterapkan oleh pemerintahan Presiden Prabowo merupakan langkah yang tepat untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional. Dengan memprioritaskan belanja negara pada sektor-sektor yang lebih produktif, pemerintah tidak hanya mengurangi beban fiskal, tetapi juga membuka peluang investasi baru yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.

Namun, implementasi kebijakan ini tetap memerlukan pengawasan dan evaluasi yang ketat. Efisiensi anggaran tidak boleh hanya berfokus pada pemangkasan belanja kementerian, tetapi juga harus mempertimbangkan reformasi struktural dalam pemerintahan agar lebih efektif dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Selain itu, penting bagi pemerintah untuk memastikan bahwa dana hasil efisiensi benar-benar digunakan untuk program-program yang memberikan manfaat nyata bagi rakyat, seperti infrastruktur, bantuan sosial, dan penguatan sektor UMKM.

)* Penulis adalah kontributor Ruang baca Nusantara

Kebijakan Efisiensi Pemerintah Berhasil Pangkas Pemborosan Anggaran

Oleh : Janu Farid Kesar )*

Kebijakan efisiensi anggaran yang diterapkan oleh pemerintah telah menunjukkan hasil nyata dalam mengurangi pemborosan dana negara dan mengalihkan anggaran ke sektor yang lebih produktif. Langkah ini tidak hanya menjadi strategi fiskal yang bijaksana, tetapi juga wujud komitmen dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dengan kebijakan ini, dana yang sebelumnya digunakan untuk kegiatan yang kurang berdampak kini dapat dialihkan untuk pembangunan yang lebih bermanfaat, seperti sektor pendidikan dan pertanian. Upaya ini juga mengajak masyarakat untuk lebih memahami pentingnya efisiensi dalam penggunaan anggaran negara.

Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi menegaskan bahwa langkah efisiensi anggaran ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas nasional serta menghidupkan sektor ekonomi. Menurutnya, pengurangan anggaran perjalanan dinas pemerintah sebesar 50 persen dari total Rp44 triliun per tahun dapat menghasilkan penghematan sekitar Rp20 triliun.

Dana ini kemudian dapat digunakan untuk membangun 10 ribu sekolah di berbagai daerah di Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa kebijakan efisiensi anggaran bukan sekadar penghematan, melainkan pengalokasian ulang untuk kepentingan yang lebih besar.

Tak hanya pendidikan, sektor pertanian juga menjadi salah satu penerima manfaat dari efisiensi anggaran ini. Dana yang dihemat dari perjalanan dinas dapat digunakan untuk membeli hingga 3 juta ton gabah dari petani dengan harga minimal Rp6.500 per kilogram.

Langkah ini sekaligus membantu meningkatkan kesejahteraan petani dan memastikan stabilitas pasokan pangan nasional. Bahkan, efisiensi ini juga memungkinkan pemerintah untuk menambah kuota pupuk bersubsidi hingga mencapai 9,5 juta ton, yang dapat membantu petani dalam meningkatkan produksi pertanian mereka.

Selain itu, Hasan Nasbi menyoroti kebiasaan pengeluaran anggaran yang tidak efektif, terutama menjelang akhir tahun. Ia menilai bahwa banyak instansi pemerintah yang cenderung menghabiskan anggaran dengan terburu-buru tanpa perencanaan matang, terutama pada bulan Oktober, November, dan Desember. Efisiensi yang diterapkan bertujuan untuk mengurangi pola pemborosan semacam ini tanpa mengorbankan kinerja pemerintahan.

Ia pun mengapresiasi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebagai salah satu institusi yang berhasil menerapkan efisiensi tanpa mengganggu operasionalnya. Misalnya, laboratorium pengujian tetap berjalan optimal dengan penggunaan listrik yang efisien, yaitu hanya dinyalakan saat dibutuhkan.

Dukungan terhadap kebijakan efisiensi ini juga datang dari Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan (Kemenimipas). Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan Agus Andrianto menyatakan bahwa kementeriannya telah mengusulkan pemangkasan anggaran sebesar Rp4,49 triliun dari pagu awal Rp15,96 triliun menjadi Rp11,46 triliun.

Pemangkasan ini dilakukan dengan pengurangan 55,9 persen pada belanja barang dan 45 persen pada belanja modal, tanpa mengurangi belanja pegawai. Menurutnya, langkah ini sejalan dengan program prioritas pemerintah, seperti swasembada pangan, energi, serta investasi pada sumber daya manusia melalui program Makan Bergizi Gratis.

Meskipun mengalami pengurangan anggaran, Kemenimipas tetap berkomitmen untuk meningkatkan penerimaan negara. Pada 2024, kementerian ini mencatatkan setoran Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp9 triliun, yang menjadi pencapaian tertinggi dalam sejarah institusi tersebut. Tak hanya dalam aspek fiskal, Kemenimipas juga mendukung ketahanan pangan melalui program Lumbung Pangan yang dikelola oleh warga binaan di Rutan dan Lapas.

Salah satu yang terbesar berada di Pemasyarakatan Nusakambangan, di mana lahan seluas 115 hektar telah dimanfaatkan untuk sektor pertanian, peternakan, dan perikanan. Walaupun program ini belum berkontribusi besar terhadap ketersediaan pangan nasional, setidaknya sudah mampu memenuhi kebutuhan pangan di dalam lingkungan Rutan dan Lapas.

Selain efisiensi anggaran dan dukungan terhadap ketahanan pangan, Kemenimipas juga terus mengoptimalkan digitalisasi dalam pelayanan publik. Menteri Agus Andrianto menekankan bahwa sistem digitalisasi dalam pengurusan paspor, visa, dan izin tinggal telah mendapat apresiasi luas dari masyarakat. Digitalisasi ini tidak hanya mempercepat proses administrasi, tetapi juga mengurangi biaya operasional secara signifikan, yang selaras dengan prinsip efisiensi anggaran.

Sementara itu, Bank Indonesia DKI Jakarta menegaskan bahwa kebijakan efisiensi yang diatur dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025 tidak serta-merta menghilangkan program-program yang telah ada.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta, Arlyana Abubakar, menjelaskan bahwa efisiensi ini dilakukan dengan cara realokasi anggaran sehingga program prioritas dapat didahulukan tanpa perlu meniadakan program lain yang sudah berjalan. Hal ini memastikan bahwa kebijakan efisiensi tetap berjalan selaras dengan kebutuhan masyarakat.

Kebijakan efisiensi anggaran yang diterapkan pemerintah membuktikan bahwa pengelolaan keuangan negara yang lebih bijaksana dapat memberikan manfaat nyata bagi masyarakat. Dengan memangkas pemborosan, pemerintah berhasil mengarahkan dana ke sektor yang lebih produktif, seperti pendidikan, pertanian, dan ketahanan pangan. Langkah ini menunjukkan bahwa efisiensi bukan sekadar penghematan, tetapi strategi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat secara lebih merata dan berkelanjutan.

Keberhasilan efisiensi anggaran ini mengajarkan bahwa penggunaan dana negara harus dilakukan secara cermat dan bertanggung jawab. Masyarakat juga perlu memahami pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan anggaran. Dengan sinergi antara pemerintah dan masyarakat, efisiensi ini dapat terus diperkuat untuk menciptakan pembangunan yang lebih inklusif. Inilah saatnya mendukung kebijakan yang lebih cerdas demi masa depan ekonomi yang lebih stabil dan berdaya saing tinggi.

)* Persada Institute

Pemerintah Dorong Peningkatan Ekspor Perluas Pasar UMKM

Jakarta – Pemerintah terus mendorong peningkatan ekspor produk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sebagai upaya memperluas pasar dan meningkatkan daya saing pelaku usaha di tingkat global. Langkah ini diambil mengingat peran UMKM sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia yang memberikan kontribusi lebih dari 60% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional serta menyerap hampir 97% tenaga kerja. Hingga saat ini, jumlah UMKM di Indonesia mencapai lebih dari 64 juta unit usaha.

Kontribusi UMKM terhadap ekspor nasional Indonesia mencapai sekitar 15,7% dari total ekspor. Pemerintah berkomitmen untuk meningkatkan angka tersebut tahun ini guna mendukung target pertumbuhan ekspor sebesar 9% dalam lima tahun mendatang.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menegaskan langkah nyata yang telah diambil pemerintah dalam mendukung UMKM, salah satunya melalui kebijakan hapus utang dan hapus tagih dalam 100 hari pertama pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

“Di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dalam 100 hari pertama ini telah dilakukan salah satu inisiatif yakni hapus utang dan hapus tagih sebagai keberpihakan kepada UMKM, dan dari monitor yang terbanyak hapus tagih adalah Bank BRI. Nah, tentu ini merupakan capaian yang merupakan komitmen pemerintah kepada masyarakat,” ujarnya.

Lebih lanjut, Menko Airlangga menyatakan bahwa pemerintah akan memberikan subsidi bunga hingga 5% bagi kredit investasi yang diambil pelaku UMKM di sektor padat karya, seperti tekstil, garmen, alas kaki, makanan-minuman, dan furnitur. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas produksi UMKM untuk ekspor.

Sebagai bagian dari strategi peningkatan ekspor UMKM, pemerintah telah membentuk Satgas Peningkatan Ekspor Nasional, mendukung pembiayaan Ultra Mikro (UMi), Kredit Usaha Rakyat (KUR), serta program PNM Mekaar dan PNM Ulaam. Selain itu, Lembaga Pembiayaan Ekspor Impor (LPEI) ditugaskan untuk menyediakan kebutuhan modal kerja khusus ekspor, serta memfasilitasi penjaminan dan asuransi bagi pelaku UMKM.

Pemerintah juga memberikan fasilitas Kemudahan Impor untuk Tujuan Ekspor (KITE) berupa pembebasan PPN dan PPN impor bagi UMKM berorientasi ekspor. Selain itu, pemberdayaan aset tidak berwujud seperti sertifikat tanah, sertifikasi Hak Kekayaan Intelektual (HAKI), dan sertifikasi halal turut menjadi bagian dari upaya untuk meningkatkan akses UMKM ke layanan keuangan formal.

Program Bangga Buatan Indonesia (BBI), PaDi UMKM, dan Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) terus didorong sebagai strategi untuk meningkatkan permintaan produk UMKM di dalam negeri. Program-program ini akan kembali digalakkan menjelang Hari Raya Idul Fitri guna mendorong pertumbuhan UMKM secara signifikan.

“Saya berharap UMKM dapat tumbuh, dan dari kantor Kemenko Perekonomian akan terus memberikan pembinaan agar UMKM bisa naik kelas. Setiap tahun minimal kita harapkan ada 20 UMKM yang bisa graduasi jadi usaha menengah yang tangguh,” pungkas Menko Airlangga.

Sinergitas Pusat dan Pemprov Papua Barat Wujudkan Program Ketahanan Pangan Nasional

MANOKWARI – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua Barat menunjukkan komitmen yang kuat dalam mendukung Program Ketahanan Pangan Nasional dengan melakukan sinergi yang erat dengan pemerintah pusat. Langkah ini diambil untuk memastikan ketahanan pangan yang berkelanjutan di daerah, yang memiliki peran penting dalam memastikan ketersediaan pangan bagi seluruh masyarakat Indonesia, khususnya di wilayah Papua Barat.

Penjabat Gubernur Papua Barat, Ali Baham Tamongmere menyatakan bahwa pengembangan sektor pertanian menjadi prioritas utama dalam mencapai ketahanan pangan di provinsi ini. “Ketahanan pangan menjadi salah satu fokus utama dalam membangun Papua Barat yang lebih baik. Oleh karena itu, kami terus mendukung segala bentuk upaya yang dapat meningkatkan produksi pangan dan memanfaatkan potensi pertanian yang ada,” Ungkapnya.

Sebelumnya, Asisten II Setda Papua Barat, Melkias Werinussa mengatakan Pemerintah Provinsi Papua Barat terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung program ketahanan pangan nasional sebagaimana arahan Presiden RI, “tanggung jawab terhadap program ini merupakan kewajiban nasional yang juga melibatkan pemerintah daerah”, Ungkapnya.

Sinergitas antara pemerintah pusat dan Pemprov Papua Barat juga terlihat dalam berbagai program yang mendukung penguatan sektor pertanian, seperti penyediaan benih unggul, pelatihan petani, dan bantuan sarana dan prasarana pertanian. Pemprov Papua Barat, bersama dengan kementerian terkait, telah merancang berbagai kebijakan untuk mendukung peningkatan produksi pangan, mulai dari pangan pokok seperti padi, jagung, hingga hortikultura dan tanaman pangan lainnya.

Menurut Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan (TPHBUN) Papua Barat, Agustinus Warbal bahwa berbagai program yang sudah berjalan melibatkan berbagai stakeholder mulai dari instansi pemerintah, lembaga swasta, serta kelompok masyarakat. Dengan adanya koordinasi yang baik antara pihak-pihak terkait, diharapkan ketahanan pangan dapat terus terjaga dan bahkan meningkat. “Kami terus melakukan langkah-langkah yang konkret dan terukur untuk memastikan produksi pangan yang cukup, baik untuk konsumsi lokal maupun untuk memenuhi kebutuhan nasional,” ujar Kepala Dinas tersebut.

Lebih lanjut, Pemprov Papua Barat juga memfokuskan pada peningkatan kapasitas petani lokal melalui pendidikan dan pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka dalam bertani secara modern dan efisien. Pemerintah pusat melalui kementerian pertanian memberikan dukungan penuh terhadap pelaksanaan program-program tersebut, termasuk dalam hal pendanaan dan penyediaan fasilitas yang dibutuhkan oleh petani di Papua Barat.

Ketahanan pangan nasional, yang menjadi salah satu prioritas utama dalam pembangunan nasional, diharapkan dapat tercapai degngan adanya dukungan dan sinergi yang solid antara pemerintah pusat dan daerah. Pemprov Papua Barat berkomitmen untuk terus berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mewujudkan program ketahanan pangan yang dapat mengurangi ketergantungan terhadap pangan impor dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui keberlanjutan sektor pertanian.

Pemerintah Terus Tingkatkan Komitmen Program Makan Bergizi Gratis Agar Tepat Sasaran

Oleh : Ferri Diputra )*

Pemerintah terus memperkuat komitmennya dalam menjalankan program makan bergizi gratis (MBG) guna memastikan manfaatnya tepat sasaran. Program ini diinisiasi sebagai bagian dari upaya meningkatkan kesejahteraan bagi anak-anak sekolah, ibu hamil, dan kelompok rentan lainnya yang membutuhkan asupan gizi seimbang.

Sejak diluncurkan, program MBG telah menjangkau ribuan sekolah dan berbagai komunitas di seluruh Indonesia. Melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk kementerian terkait, pemerintah daerah, serta organisasi masyarakat, pemerintah berupaya memastikan bahwa setiap penerima mendapatkan manfaat secara merata dan berkualitas. Selain itu, program ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya gizi seimbang dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk meningkatkan efektivitasnya, pemerintah melakukan berbagai langkah strategis, salah satunya adalah memperketat pengawasan dalam distribusi makanan. Sistem pemantauan berbasis teknologi telah diterapkan untuk memastikan tidak ada penyelewengan dalam penyaluran bantuan. Selain itu, evaluasi berkala terus dilakukan guna menyesuaikan kebijakan dengan kebutuhan di lapangan. Pemerintah juga bekerja sama dengan akademisi dan ahli gizi untuk menyusun menu makanan yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi masyarakat.

Plt Deputi III Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Nunung Nuryantono mengatakan program MBG menjadi salah satu prioritas nasional dalam menekan angka stunting dan meningkatkan kecerdasan generasi mendatang. Program ini tidak hanya memberikan makanan secara cuma-cuma, tetapi juga mengedukasi masyarakat tentang pentingnya gizi yang baik.

Kesuksesan program makan bergizi gratis tidak lepas dari dukungan berbagai sektor, termasuk swasta dan komunitas lokal. Beberapa perusahaan turut berkontribusi melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR) dengan menyediakan bahan makanan bergizi dan fasilitas pendukung.

Selain itu, tenaga pendidik dan orang tua memiliki peran penting dalam memastikan anak-anak mendapatkan manfaat dari program ini. Sosialisasi terkait pola makan sehat dan pentingnya gizi seimbang juga terus digencarkan agar kesadaran masyarakat semakin meningkat.

Di beberapa daerah, program ini telah menunjukkan hasil yang positif dengan meningkatnya partisipasi siswa di sekolah serta berkurangnya angka anak-anak dengan kekurangan gizi. Para orang tua juga melaporkan adanya perubahan positif dalam kebiasaan makan anak-anak mereka sejak program ini diterapkan.

Di masa mendatang, pemerintah berencana memperluas cakupan program dengan menambah jumlah penerima manfaat serta meningkatkan kualitas makanan yang diberikan. Langkah ini dilakukan dengan meningkatkan kerja sama dengan petani lokal agar bahan makanan yang digunakan dalam program ini lebih segar dan berkualitas tinggi. Dengan melibatkan petani lokal, program ini juga berkontribusi dalam meningkatkan perekonomian masyarakat di daerah pedesaan.

Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan program MBG akan memberikan kontribusi ke Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 0,7 persen. Pihaknya menjelaskan, program ini akan membutuhkan sekitar 185.000 pekerja serta berpotensi mengurangi kemiskinan sebanyak 0,19 persen. Pada pelaksanaan MBG di Januari 2025 misalnya, terdapat 220 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang melaksanakan program ini. Setiap SPPG bertanggung jawab menyediakan makanan untuk 3.000 penerima manfaat. Jika ditotal, terdapat 589.902 penerimaan manfaat yang berasal dari pelajar, ibu hamil, dan balita pada pelaksanaan Januari 2025 lalu.

Kemudian pada Desember 2025 mendatang, akan menambah SPPG hingga mencapai 5.000 SPPG dan jumlah penerima manfaat yang ditangani pun bertambah menjadi 4.000 penerima manfaat. Dengan anggaran makan bergizi gratis 2025 yang sebesar Rp 71 triliun, ditargetkan program ini bisa memberikan makan kepada 15,5 juta pelajar dan 2,4 juta ibu hamil dan balita.

Sementara itu, Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), Maman Abdurrahman menyiapkan tiga skema untuk membuat UMKM bisa terlibat dalam program MBG secara berkelanjutan. Pihaknya mengungkap, tiga skema itu disiapkan karena program MBG memiliki efek pengganda yang luar biasa bagi perekonomian nasional. Terutama dalam mendorong pertumbuhan UMKM di sektor pangan dan makanan.

Dengan adanya program ini, di setiap desa akan terjadi perputaran ekonomi, yang akan menggerakkan roda ekonomi di seluruh Indonesia. Sektor UMKM menjadi pihak yang paling diuntungkan dari program ini. Semua aspek baik dari hulu hingga hilir akan terbentuk eksosistem usaha pangan. Dengan adanya pergerakan ekonomi dan peluang usaha baru, Indonesia sedang membangun ekosistem usaha baru di sektor pangan. Hampir semua aspek dalam rantai pasok program ini melibatkan UMKM, baik dari hulu hingga hilir.

Tiga skema yang disiapkan Kementerian UMKM adalah memperkuat manajemen dan kualitas produksi bagi pengusaha UMKM yang terlibat MBG. Pihaknya akan terus mengawasi dan mengevaluasi UMKM, untuk menjaga dari sisi keorganisasian dan manajemen operasional para pelaku usaha yang terlibat.

Dengan langkah-langkah ini, diharapkan program MBG dapat semakin efektif dalam membantu masyarakat serta menciptakan generasi yang lebih sehat dan produktif. Pemerintah juga berharap agar program ini menjadi model bagi negara lain yang menghadapi permasalahan serupa dalam meningkatkan gizi masyarakat.

Dengan adanya sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, program ini diharapkan dapat menjadi solusi nyata dalam meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat Indonesia. Selain itu, keberlanjutan program ini akan terus dievaluasi agar manfaatnya bisa dirasakan dalam jangka panjang, sehingga mampu menciptakan generasi yang lebih kuat, cerdas, dan berkualitas.

)* Penulis merupakan mahasiswa pascasarjana yang tinggal di Jakarta

Pembentukan BPI Danantara Himpun Kekuatan Besar dalam Pemerataan Ekonomi Nasional

Oleh : Gavin Asadit )*

Pembentukan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) menandai langkah strategis pemerintah Indonesia dalam mengonsolidasikan kekuatan ekonomi nasional. Dengan disahkannya Rancangan Undang-Undang (RUU) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada 4 Februari 2025, BPI Danantara resmi berdiri dengan tujuan utama mengelola investasi dan aset negara secara optimal. Keberadaan badan ini menjadi jawaban atas kebutuhan negara dalam memaksimalkan potensi ekonomi yang dimiliki untuk mewujudkan pemerataan ekonomi nasional yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.

Menteri BUMN, Erick Thohir, mengatakan transformasi BUMN melalui pembentukan BPI Danantara sebagai langkah strategis dalam mewujudkan visi bersama Indonesia maju menuju Indonesia emas 2045 melalui sinergi pemerintah, BUMN, dan seluruh pemangku kepentingan. Dengan modal awal minimal Rp1.000 triliun, yang berasal dari konsolidasi modal BUMN tahun buku 2023 sebesar Rp1.135 triliun, BPI Danantara memiliki fondasi finansial yang kuat untuk menjalankan fungsinya. Modal ini dapat ditambah melalui penyertaan modal negara dan sumber pendanaan lainnya. Dengan struktur permodalan yang besar, diharapkan BPI Danantara mampu mendorong peningkatan daya saing ekonomi nasional di tingkat global.

Sementara itu, struktur organisasi BPI Danantara terdiri dari Dewan Pengawas dan Badan Pelaksana. Dewan Pengawas diketuai oleh Menteri BUMN dan beranggotakan perwakilan dari Kementerian Keuangan serta pejabat negara atau pihak lain yang ditunjuk oleh Presiden. Lebih lanjut, Badan Pelaksana dipimpin oleh Kepala BPI Danantara yang dibantu oleh Wakil Kepala dan enam Direktur Eksekutif. Presiden Prabowo telah melantik Muliaman D. Hadad sebagai Kepala BPI Danantara dan Kaharuddin Djenod Daeng Manyambeang sebagai Wakil Kepala pada 22 Oktober 2024.

Kepala BPI Danantara, Muliaman D. Hadad, mengatakan bahwa pihaknya di BPI Danantara akan terus berkomitmen untuk memastikan bahwa setiap investasi yang dikelola memiliki dampak besar bagi pembangunan Indonesia, tidak hanya untuk jangka pendek tetapi juga untuk keberlanjutan ekonomi di masa depan. Beberapa tugas utama BPI Danantara meliputi pengelolaan dividen holding investasi, menyetujui restrukturisasi BUMN, membentuk holding baru, hingga mengawasi rencana kerja dan anggaran perusahaan holding.

Pembentukan BPI Danantara diharapkan dapat menjadi motor penggerak dalam pemerataan ekonomi nasional. Dengan mengonsolidasikan aset dan investasi negara, badan ini memiliki potensi untuk mendukung pembangunan infrastruktur, meningkatkan investasi di daerah tertinggal, dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Sebagai contoh, dengan pengelolaan investasi yang terarah, BPI Danantara dapat mendukung proyek-proyek strategis di sektor energi, pangan, dan teknologi yang berdampak langsung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, dengan optimalisasi aset negara, BPI Danantara dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas BUMN, sehingga kontribusi terhadap pendapatan negara semakin signifikan.

Namun, di balik peluang besar tersebut, BPI Danantara juga menghadapi berbagai tantangan yang perlu diatasi. Salah satunya adalah memastikan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan aset dan investasi. Selain itu, koordinasi dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk kementerian, lembaga, dan BUMN, menjadi kunci sukses operasional badan ini. Oleh karena itu, pengawasan ketat dan penerapan prinsip tata kelola yang baik harus menjadi prioritas utama agar BPI Danantara dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan harapan masyarakat dan pemerintah.

Presenter dan Influencer sekaligus Staf Khusus Menteri Pertahanan Bidang Komunikasi Sosial dan Publik, Deddy Corbuzier mengatakan pihaknya sangat mendukung upaya seperti ini yang dilakukan oleh pemerintah agar Indonesia bisa lebih maju dan sejahtera. Sebagai figur publik dengan jutaan pengikut, pandangan Deddy mencerminkan harapan masyarakat akan perubahan positif dalam pengelolaan kekayaan negara. Dukungan dari berbagai kalangan, termasuk tokoh masyarakat dan influencer, diharapkan dapat meningkatkan partisipasi publik dalam mendukung langkah strategis ini.

Dengan pembentukan BPI Danantara, pemerintah Indonesia optimis dapat mengoptimalkan pengelolaan kekayaan negara untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045. Sinergi antara pemerintah, BUMN, dan seluruh pemangku kepentingan menjadi kunci dalam mewujudkan pemerataan ekonomi yang berkeadilan dan berkelanjutan. Pemerintah patut diapresiasi karena telah mengambil langkah progresif dalam membangun sistem pengelolaan investasi yang lebih terstruktur dan transparan.

Keberanian dalam melakukan reformasi ekonomi ini menunjukkan komitmen kuat untuk menciptakan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia, dukungan penuh dari masyarakat juga sangat penting agar BPI Danantara mampu menjadi instrumen strategis dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih merata di seluruh wilayah Indonesia.

Pemerintah Indonesia patut diapresiasi atas langkah visionernya dalam membentuk BPI Danantara, sebuah inisiatif strategis yang menjadi kekuatan besar dalam mewujudkan pemerataan ekonomi di seluruh negeri. Kehadiran BPI Danantara mencerminkan komitmen pemerintah dalam menciptakan sistem ekonomi yang inklusif, di mana setiap daerah, baik perkotaan maupun pedesaan, mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkembang.

Langkah ini bukan hanya sekadar kebijakan administratif, tetapi juga sebuah terobosan yang menunjukkan kepemimpinan progresif dalam menghadapi tantangan ketimpangan ekonomi. Dengan adanya BPI Danantara, pemerintah memberikan dorongan besar bagi sektor usaha, investasi, dan pembangunan infrastruktur yang merata, sehingga daerah-daerah yang selama ini kurang mendapatkan perhatian bisa tumbuh sejajar dengan pusat-pusat ekonomi utama.

)* Penulis adalah Pemerhati Masalah Sosial dan Kemasyarakatan