Jakarta – Rencana pemerintah untuk membentuk Satuan Tugas Pemutusan Hubungan Kerja (Satgas PHK) mendapat apresiasi luar biasa dari berbagai kalangan. Langkah strategis ini menunjukkan komitmen nyata pemerintah dalam menjaga stabilitas ketenagakerjaan dan memperkuat hubungan industrial nasional.
Koordinator Advokasi BPJS Watch sekaligus Pengamat Ketenagakerjaan, Timboel Siregar, menegaskan bahwa pembentukan Satgas PHK adalah langkah progresif dan sangat dibutuhkan di tengah tantangan ketenagakerjaan saat ini.
“Satgas ini bukan hanya solusi cepat, tetapi juga bentuk nyata perhatian pemerintah dalam memastikan setiap PHK dilakukan dengan adil, bijaksana, dan sesuai regulasi. Pemerintah hadir memberikan perlindungan maksimal kepada pekerja,” ujar Timboel Siregar.
Ia juga menambahkan bahwa Satgas PHK dapat menjadi sarana edukatif dan mediatif, sehingga menciptakan iklim hubungan kerja yang harmonis. Hal ini tentu semakin memperlihatkan bahwa pemerintah sangat serius membangun dunia kerja yang berkeadilan dan inklusif.
Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) dan Presiden Partai Buruh, Said Iqbal, secara tegas menyatakan dukungan penuh terhadap Satgas PHK.
“Kami mengapresiasi kebijakan pemerintah ini. Satgas PHK menunjukkan keberpihakan negara kepada rakyat pekerja. Pemerintah sangat tanggap terhadap kondisi ekonomi yang menantang dan terus memastikan hak pekerja terlindungi,” ucap Said Iqbal.
Menurutnya, pembentukan Satgas PHK akan memberi kepastian hukum dan perlindungan sosial yang lebih kuat, sekaligus mendorong penyelesaian persoalan ketenagakerjaan secara komprehensif.
Langkah ini juga menunjukkan bahwa pemerintah tidak tinggal diam di tengah dinamika ekonomi global, namun justru hadir dengan solusi konkret dan terukur.
Selain dari kalangan pekerja, apresiasi positif juga datang dari pengusaha yang menilai kebijakan ini sebagai inisiatif konstruktif dalam menjaga stabilitas iklim usaha.
Dengan kehadiran Satgas PHK, pemerintah menciptakan ruang dialog yang sehat dan produktif antara pengusaha dan pekerja, sehingga tercipta sinergi untuk pertumbuhan ekonomi nasional yang inklusif.
Satgas PHK adalah simbol keseriusan pemerintah dalam menjamin kesejahteraan pekerja sekaligus keberlanjutan usaha. Pemerintah sekali lagi membuktikan bahwa pembangunan ekonomi tidak boleh meninggalkan aspek keadilan sosial.
Kebijakan ini sejalan dengan visi besar pemerintah dalam mewujudkan ekosistem ketenagakerjaan yang berdaya saing, berkelanjutan, dan responsif terhadap tantangan zaman.
Jakarta, – Badan Gizi Nasional (BGN) secara resmi mengumumkan perubahan signifikan dalam skema pendanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) sebagai upaya meningkatkan transparansi dan akuntabilitas penggunaan anggaran negara.
Mulai Februari 2025, BGN menghapus skema reimbursement yang sebelumnya digunakan dan menggantinya dengan sistem transfer langsung ke rekening mitra pelaksana program.
Langkah ini diambil sebagai respons atas sejumlah masukan dari para pemangku kepentingan serta sebagai antisipasi terhadap potensi penyalahgunaan anggaran yang dapat terjadi dalam proses penggantian biaya. Dengan sistem baru ini, mitra program tidak lagi perlu menanggung beban pembiayaan awal sebelum diganti oleh pemerintah, melainkan langsung menerima dana sesuai kebutuhan operasional yang telah disetujui.
Kepala BGN, Dadan Hindayana, mengatakan bahwa kebijakan ini menjadi bagian dari upaya memperkuat tata kelola program MBG, sekaligus mendorong efisiensi dalam pelaksanaan distribusi makanan bergizi di berbagai daerah.
Dengan sistem transfer langsung, kami ingin memastikan bahwa dana tersalurkan lebih cepat, tepat sasaran, dan tanpa hambatan birokrasi yang tidak perlu, ujarnya.
Program MBG sendiri ditargetkan menjangkau 82,9 juta penerima manfaat hingga akhir 2025. Untuk mencapai target tersebut, BGN memproyeksikan kebutuhan tambahan anggaran sekitar Rp25 triliun per bulan, apabila program ini mulai dipercepat pelaksanaannya pada bulan September. Artinya, hingga akhir tahun, total anggaran tambahan yang dibutuhkan dapat mencapai Rp100 triliun.
Meski demikian, Dadan menegaskan bahwa efisiensi terus dilakukan di berbagai lini. Salah satunya adalah dengan memangkas anggaran sebesar Rp200,2 miliar dari sektor pengadaan lahan untuk pembangunan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), Jelasnya.
Sebelumnya, Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan, mengatakan bahwa MBG telah memberikan dampak besar bagi perekonomian Indonesia.
Program ini berperan penting dalam menciptakan lapangan kerja serta menurunkan angka kemiskinan, untuk itu kelanjutan program ini begitu penting bagi masyarakat, Ungkapnya.
Sementara itu, dalam perubahan skema pendanaan, BGN juga terus menjalin kerja sama lintas sektor, termasuk dengan pemerintah daerah dan BUMN, untuk menjamin kelangsungan dan kelancaran program MBG. Sinergi tersebut diyakini akan menjadi kekuatan utama dalam memastikan bahwa setiap rupiah yang dialokasikan benar-benar sampai kepada masyarakat dan berdampak nyata terhadap peningkatan kualitas gizi nasional.
BGN optimistis, dengan perbaikan tata kelola dan dukungan seluruh pihak, Program Makan Bergizi Gratis dapat berjalan lebih efektif, efisien, serta menjawab kebutuhan gizi masyarakat Indonesia secara menyeluruh.