Dalam kasus Tito, misalnya, dia juga mendapatkan durian runtuh di tanggal cantik tersebut. Sebab, hanya di hari itu flash sale dengan potongan harga gila berlangsung.
“Hari-hari biasa tetap ada diskon, tapi nggak segila kalau 12.12 itu. Malahan ada kok yang flash sale jual HP cuma Rp1.000 ribu gitu, tapi katanya yang dapat itu bot,” jelasnya.
Sementara tahun ini, Harbolnas digelar tujuh hari lebih lama, yakni pada 10-16 Desember 2024. Pemerintah mengatakan, perpanjangan ini disebabkan karena animo yang besar dari masyarakat.
Pemerintah sendiri menarget nilai transaksi sebesar Rp40 triliun selama 10 hari penyelenggaraan Harbolnas 2024. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengatakan target ini naik hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya.
“Harbolnas yang dilaksanakan 10 sampai 16 Desember diharapkan bisa mendongkrak penjualan. Kalau tahun lalu sekitar Rp 25,7 triliun, tahun ini diharapkan bisa naik menjadi Rp 40 triliun,” tutur Airlangga, dalam konferensi pers Peluncuran Harbolnas 2024, di Jakarta, Jumat (6/12/2024) pekan lalu.
Diskon Harbolnas memicu hormon kebahagiaan
Ada alasan mengapa jutaan orang rela begadang sampai tengah malam demi memburu diskon besar-besaran saat puncak Harbolnas. Sebab, obral harga memang terbukti meningkatkan hormon dopamin yang memicu perasaan bahagia.
“Ketika seseorang melihat diskon menarik pada label harga maka nucleus accumbens–bagian otak kita yang berperan dalam merasakan kesenangan–akan aktif,” tulis penelitian tersebut.

Artinya, hanya dengan melihat saja, secara alamiah seseorang akan merasakan sebuah kesenangan. Apalagi jika mendapatkan diskon tersebut, seperti yang dialami Tito, maka kebahagiaan akan berlipat.
Sebab, kata penelitian itu, bakal terjadi reaksi emosi lanjutan yang melibatkan dopamin alias “hormon bahagia”.
Sialnya, dopamin juga bisa bikin kita dalam masalah
Meski tubuh mengalami reaksi bahagia, sialnya hormon dopamin juga bisa bikin kita dalam masalah, lho. Laporan berjudul “Dopamine, Time, and Impulsivity in Humans” dalam The Journal of Neuroscience (2010) menunjukkan, dopamin bisa mendorong seseorang untuk menjadi semakin impulsif.
Impulsif sendiri merupakan perilaku yang dilakukan tanpa mempertimbangkan konsekuensi atau akibatnya dan sering dilakukan secara berulang-ulang. Perilaku impulsif, salah satunya, ditunjukkan dalam berbagai bentuk membeli barang tanpa memikirkan manfaatnya. Jamak terjadi ketika Harbolnas.
Ekonom Universitas Indonesia (UI), Imam Salehudin, mengingatkan bahwa sikap impulsif bisa membawa masalah serius. Terutama hari ini masyarakat Indonesia sedang mengalami kelesuan ekonomi akibat daya beli yang menurun.
Bagi Imam, yang dia paparkan dalam podcast SuarAkademia, perilaku konsumtif yang disebabkan sikap impulsif ini membahayakan masyarakat. Ia bisa menjebak masyarakat dalam siklus utang untuk membiayai pembelian yang tidak mendesak, sehingga berpotensi menimbulkan masalah keuangan jangka panjang.
“Situasi itu juga yang bisa membahayakan perekonomian negara juga dalam jangka panjang,” jelasnya, dikutip Kamis (12/12/2024).
Imam pun menyarankan agar pemerintah mengadopsi pendekatan yang lebih menyeluruh untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Misalnya, jangan cuma fokus pada sisi permintaan via event Harbolnas, tapi juga memperhatikan sisi penawaran dengan peningkatan daya saing produk lokal, mendorong masuknya investasi, dan memperbaiki infrastruktur, pemerintah dapat menciptakan iklim bisnis yang kondusif.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Muchamad Aly Reza