Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomi Melalui Investasi dan Hilirisasi

Oleh : Emil Kurniawan )*

 

Pemerintah terus menunjukkan komitmen dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional melalui peningkatan investasi dan penguatan hilirisasi. Langkah ini menjadi strategi utama untuk menciptakan nilai tambah dalam negeri serta meningkatkan daya saing industri nasional di pasar global.

Salah satu contoh nyata dari kebijakan ini adalah target realisasi investasi yang ditetapkan oleh Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) pada tahun 2025. Target tersebut mencapai Rp 61,09 triliun, jauh lebih tinggi dibandingkan tahun 2024 yang hanya sekitar Rp 26,9 triliun. Lonjakan target ini menunjukkan tekad pemerintah dalam menggenjot investasi sebagai motor penggerak ekonomi daerah.

Namun, target ambisius ini tidak lepas dari tantangan. Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) NTB, H. Mohammad Rum, mengungkapkan perlunya pertimbangan ulang terhadap target tersebut, mengingat kebijakan efisiensi anggaran yang tengah diterapkan. Pengurangan dana alokasi khusus (DAK) yang sebelumnya menjadi salah satu sumber pendanaan operasional dinilai dapat mempersulit upaya pencapaian investasi yang ditetapkan.

Meski demikian, capaian realisasi investasi NTB pada tahun 2024 memberikan optimisme. Dengan nilai investasi yang melampaui target, mencapai Rp 54,5 triliun, pemerintah pusat meyakini bahwa daerah ini memiliki potensi besar untuk terus berkembang. Sektor energi dan sumber daya mineral (ESDM) menjadi penyumbang terbesar investasi di NTB, dengan nilai mencapai Rp 37 triliun, diikuti oleh sektor industri serta pariwisata dan ekonomi kreatif.

Namun, kebergantungan terhadap sektor tambang juga menjadi perhatian. Dengan berakhirnya izin ekspor konsentrat AMMAN Mineral di Sumbawa Barat pada akhir 2024, industri pertambangan harus beradaptasi dengan kebijakan hilirisasi yang telah dicanangkan pemerintah. Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia, menegaskan bahwa kehadiran smelter baru di wilayah tersebut diharapkan mampu mendorong pengolahan bahan mentah di dalam negeri, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan nilai ekspor produk jadi.

Pada awal 2025, dampak dari kebijakan ini mulai terasa. Kontraksi di sektor tambang NTB terlihat dengan turunnya nilai ekspor hingga 97,12 persen dibandingkan Desember 2024. Meski hal ini menimbulkan tantangan jangka pendek, dalam jangka panjang strategi hilirisasi akan memberikan manfaat lebih besar bagi perekonomian daerah dan nasional. Peralihan dari ekspor bahan mentah ke produk olahan akan meningkatkan nilai tambah industri dan mengurangi ketergantungan terhadap fluktuasi harga komoditas global.

Selain itu, hilirisasi juga akan menciptakan efek berantai yang positif bagi industri pendukung lainnya, seperti logistik, manufaktur, dan tenaga kerja. Dengan adanya industri pengolahan yang berkembang, kebutuhan akan tenaga kerja terampil semakin meningkat. Oleh karena itu, diperlukan investasi di sektor pendidikan dan pelatihan vokasi agar tenaga kerja lokal dapat beradaptasi dengan tuntutan industri yang lebih maju.

Ekonom senior dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad, menilai bahwa pemerintah juga harus memastikan adanya insentif bagi investor yang bersedia menanamkan modalnya dalam proyek hilirisasi. Keringanan pajak, fasilitas infrastruktur yang memadai, serta kepastian hukum menjadi faktor yang sangat menentukan bagi keberhasilan program ini. Selain itu, kerja sama antara pemerintah pusat dan daerah dalam menyederhanakan regulasi investasi akan membantu menarik minat investor dalam negeri maupun asing.

Tidak hanya itu, penguatan daya saing produk dalam negeri juga menjadi bagian penting dari strategi hilirisasi. Dengan meningkatnya produksi barang jadi atau setengah jadi di dalam negeri, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada impor dan meningkatkan ekspor produk bernilai tambah tinggi. Hal ini akan berdampak pada perbaikan neraca perdagangan serta memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global.

Untuk mencapai target investasi yang telah ditetapkan, pemerintah pusat dan daerah perlu bersinergi dalam menciptakan kebijakan yang mendukung iklim investasi yang kondusif. Peningkatan kemudahan berusaha, insentif fiskal bagi investor, serta penguatan infrastruktur menjadi faktor penting dalam menarik investasi baru. Selain itu, pengembangan sektor hilirisasi harus disertai dengan peningkatan kapasitas sumber daya manusia agar dapat mendukung industri yang lebih maju dan berkelanjutan.

Komitmen pemerintah dalam mendorong investasi dan hilirisasi bukan hanya sebatas target angka semata, tetapi juga harus diiringi dengan langkah konkret yang memberikan dampak langsung bagi masyarakat. Pembangunan infrastruktur industri, perbaikan regulasi investasi, serta peningkatan kualitas tenaga kerja merupakan aspek penting yang harus diperhatikan. Dengan demikian, manfaat dari hilirisasi dan investasi dapat dirasakan secara merata oleh seluruh lapisan masyarakat.

Investasi dan hilirisasi merupakan kunci bagi Indonesia dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Oleh karena itu, seluruh elemen masyarakat, termasuk pemerintah, dunia usaha, dan akademisi, perlu berkontribusi dalam mendukung agenda ini. Dengan komitmen yang kuat dan langkah yang terencana, Indonesia dapat menjadi pusat industri bernilai tambah tinggi yang mampu bersaing di kancah global.

 

)* Penulis adalah kontributor Nusa Bangsa Institute

Optimalisasi Hilirisasi Tembaga untuk Meningkatkan Daya Saing Industri Nasional

Oleh : Aristika Utami

Tembaga merupakan salah satu komoditas mineral yang memiliki peranan penting dalam berbagai sektor industri, terutama dalam bidang elektronik, energi, dan infrastruktur. Namun, meskipun Indonesia memiliki cadangan tembaga yang besar, sebagian besar hasil tambang tembaga diolah di luar negeri, yang mengurangi potensi nilai tambah yang bisa diperoleh. Oleh karena itu, optimalisasi hilirisasi tembaga menjadi hal yang sangat penting untuk meningkatkan daya saing industri nasional Indonesia.

Dalam konteks tembaga, hilirisasi dapat mencakup pengolahan tembaga dari bahan mentah menjadi produk-produk seperti kabel, peralatan elektronik, dan berbagai komponen industri lainnya yang memiliki permintaan tinggi di pasar domestik maupun internasional. Dengan mengolah tembaga di dalam negeri, Indonesia tidak hanya dapat meningkatkan pendapatan negara melalui pajak dan ekspor, tetapi juga menciptakan lapangan pekerjaan baru dan mengurangi ketergantungan pada impor produk tembaga olahan.

Peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Ahmad Heri Firdaus mengatakan bahwa hilirisasi tembaga memiliki potensi besar dalam mendukung ketahanan energi dan industri nasional. Namun, untuk memastikan daya saing produk hilirisasi dapat optimal di pasar global, diperlukan dukungan yang komprehensif dari berbagai sektor. Salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan adalah pembangunan infrastruktur dasar yang lebih baik serta peningkatan konektivitas yang lebih baik.

Dengan tumbuhnya tren menuju energi terbarukan dan mobilitas listrik, permintaan tembaga diperkirakan akan terus meningkat. Indonesia, yang memiliki cadangan tembaga melimpah, memiliki kesempatan besar untuk memanfaatkan momentum ini dengan mengolah tembaga di dalam negeri, sehingga tidak hanya memenuhi kebutuhan domestik, tetapi juga dapat memasok pasar internasional.

Hilirisasi tembaga akan mendukung pengembangan industri energi hijau dan kendaraan listrik di Indonesia, sekaligus membuka peluang bagi pengembangan teknologi dan inovasi baru yang dapat memperkuat posisi Indonesia dalam sektor industri global yang berkembang pesat. Dalam hal ini, pengolahan tembaga menjadi komponen penting dalam pembangunan infrastruktur energi terbarukan, seperti panel surya dan turbin angin, yang membutuhkan bahan baku tembaga untuk menghasilkan produk berkualitas.

Melalui PT Freeport Indonesia, MIND ID memainkan peran yang sangat krusial dalam mendorong hilirisasi tembaga di Indonesia, dengan tujuan untuk memastikan lebih banyak industri strategis berkembang di dalam negeri.  Sebagai salah satu produsen tembaga terbesar di Indonesia, Freeport memiliki potensi besar untuk mengolah tembaga menjadi produk-produk bernilai tambah tinggi yang dapat memenuhi kebutuhan berbagai sektor industri, seperti elektronik, energi terbarukan, dan otomotif.

Corporate Secretary MIND ID, Heri Yusuf, mengatakan MIND ID konsisten menjalankan hilirisasi secara berkelanjutan dan siap mendukung industri dalam menghasilkan berbagai produk teknologi inovatif berbasis tembaga di dalam negeri. Melalui langkah-langkah strategis dalam hilirisasi, MIND ID membantu mempercepat pengembangan ekosistem industri dalam negeri yang lebih mandiri dan berdaya saing. Salah satu upaya MIND ID dalam memperkuat hilirisasi dengan membangun smelter Freeport Indonesia di Gresik, Jawa Timur. Smelter ini menjadi infrastruktur kunci dalam pemurnian tembaga nasional yang akan meningkatkan kapasitas produksi serta nilai tambah mineral di dalam negeri.

Untuk mendukung optimalisasi hilirisasi tembaga, pemerintah Indonesia telah mengambil berbagai langkah strategis. Salah satunya adalah dengan memperbaiki dan meningkatkan infrastruktur yang mendukung pengolahan tembaga. Pembangunan smelter (pabrik pengolahan tembaga) menjadi salah satu langkah penting dalam mempercepat hilirisasi. Dengan adanya smelter yang dapat mengolah tembaga menjadi produk setengah jadi atau barang jadi, Indonesia akan mendapatkan lebih banyak manfaat dari komoditas ini. Selain itu, fasilitas tersebut juga akan membantu meningkatkan kapasitas produksi tembaga nasional serta menciptakan lapangan pekerjaan di daerah sekitar smelter.

Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi), Rizal Kasli mengatakan bahwa terbentuknya Badan Pengelola Investasi dan peran MIND ID memberikan peluang besar untuk membangun perusahaan baru yang khusus bergerak di bidang hilir tembaga. Keberadaan badan ini juga memberi peluang bagi pengembangan teknologi dan inovasi baru yang dapat menghasilkan produk tembaga berkualitas tinggi. Hal ini tentunya sangat menghemat devisa negara, karena dapat mengurangi ketergantungan pada impor barang olahan tembaga.

Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan energi terbarukan, dan tembaga merupakan bahan baku utama dalam pembuatan peralatan pembangkit energi, seperti turbin angin dan sistem tenaga surya. Dengan mengoptimalkan hilirisasi tembaga, Indonesia tidak hanya dapat mendukung ketahanan energi domestik, tetapi juga berperan dalam pengembangan energi terbarukan yang ramah lingkungan.

Optimalisasi hilirisasi tembaga merupakan langkah strategis yang sangat penting untuk meningkatkan daya saing industri nasional Indonesia. Dengan mengolah tembaga di dalam negeri, Indonesia dapat menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan, meningkatkan nilai tambah, serta mengurangi ketergantungan pada impor barang tembaga olahan.

Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mendukung hilirisasi tembaga melalui kebijakan yang mempermudah investasi, peningkatan infrastruktur, dan pengembangan sumber daya manusia yang kompeten. Namun, tantangan dalam hal investasi dan teknologi harus terus diatasi untuk memastikan hilirisasi tembaga yang berkelanjutan dan efisien. Dengan langkah-langkah yang tepat, hilirisasi tembaga dapat menjadi pilar utama dalam pengembangan industri Indonesia yang mandiri, berdaya saing tinggi, dan mampu bersaing di pasar global.

 

)* Penulis adalah Pengamat Isu Ekonomi

 

Hilirisasi dan Investasi: Kunci Membangun Masa Depan Indonesia

Oleh : Aristika Utami )*

Hilirisasi dan investasi merupakan dua elemen penting yang memiliki peranan strategis dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Di tengah tantangan global, Indonesia perlu memastikan bahwa sumber daya alam yang melimpah dapat dimanfaatkan secara optimal. Salah satu konsep yang relevan untuk mencapai tujuan ini adalah “Asta Cita”, yang memiliki makna sebagai visi atau cita-cita luhur yang harus diwujudkan untuk kebaikan bersama.

Investasi menjadi kunci utama dalam proses hilirisasi. Tanpa modal yang cukup, proses pengolahan dan pengembangan industri hilirisasi tidak akan berjalan dengan optimal. Oleh karena itu, Indonesia perlu menarik investasi, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, untuk mengembangkan sektor-sektor industri yang memiliki potensi besar.

Kebijakan yang mendukung, kemudahan berbisnis, serta adanya insentif pajak bagi investor yang berinvestasi di sektor-sektor hilirisasi sangat penting untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif. Investasi juga dapat mendorong pembangunan infrastruktur yang diperlukan untuk mendukung proses hilirisasi, seperti pengembangan teknologi, energi, dan transportasi.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia mengatakan bahwa pemerintah telah menyepakati 21 proyek hiliriasasi untuk tahap pertama dengan nilai investasi sebesar USD 40 miliar. Jenis proyek tersebut, mencakup berbagai sektor strategis, termasuk minyak dan gas, pertambangan, pertanian, hingga kelautan.

Melalui hilirisasi dan investasi, Indonesia dapat meningkatkan nilai tambah produk-produk yang dihasilkan dari sumber daya alam, dan bukan hanya sekadar mengekspor bahan mentah. Hal ini sangat penting untuk mengurangi ketergantungan terhadap ekspor bahan mentah yang sering kali rentan terhadap fluktuasi harga global. Dengan demikian, kedua aspek ini memiliki peran yang sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan pekerjaan, serta mendorong pemerataan pembangunan di seluruh Indonesia.

Sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk mengoptimalkan potensi sumber daya alam, BUMN Holding Industri Pertambangan Indonesia, MIND ID, memperkuat posisinya sebagai pilar utama hilirisasi nasional dengan secara konsisten melaksanakan investasi untuk mempercepat industrialisasi di sektor mineral dan batu bara. Proyek hilirisasi yang dilakukan oleh MIND ID diharapkan dapat menjadi model bagi perusahaan-perusahaan lain dalam mengembangkan sektor industri yang lebih bernilai tambah tinggi.

Corporate Secretary MIND ID, Heri Yusuf mengatakan bahwa Grup MIND ID telah menyiapkan alokasi investasi Rp20,6 triliun untuk lima proyek strategis, investasi yang dialokasikan Grup MIND ID diarahkan untuk memperkuat hilirisasi, menciptakan industri turunan yang berkelanjutan, serta mendukung target pertumbuhan ekonomi nasional.

Pada 2025, MIND ID mengerjakan sejumlah proyek strategis, seperti Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Kalimantan Barat untuk mengurangi ketergantungan impor alumina, smelter aluminium baru oleh INALUM dengan kapasitas 600 ribu ton per tahun, serta smelter nikel dan fasilitas HPAL di Halmahera Timur untuk mendukung industri kendaraan listrik. Selain itu, smelter tembaga dan Precious Metal Refinery (PMR) di Gresik mulai beroperasi pada kuartal ketiga 2025, dan pengembangan infrastruktur batu bara di Tanjung Enim, Sumatera Selatan, untuk efisiensi pengangkutan batu bara.

Hilirisasi dan investasi memainkan peran yang sangat penting dalam membangun masa depan Indonesia. Sebagai negara dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah, Indonesia memiliki potensi besar untuk tumbuh menjadi salah satu kekuatan ekonomi utama di dunia. Namun, untuk mewujudkan potensi tersebut, Indonesia perlu memanfaatkan kedua hal ini dengan efektif.

Sejalan dengan itu, Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) bekerja sama dengan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) untuk mempersiapkan tenaga kerja yang terampil dan tersertifikasi. Inisiatif ini bertujuan mendukung pertumbuhan investasi dan mempercepat perkembangan industri hilirisasi di Indonesia. Ketersediaan tenaga kerja yang terampil sangat penting untuk memastikan bahwa sektor hilirisasi dapat berkembang dengan baik dan menghasilkan produk yang berkualitas tinggi.

Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM, Rosan Perkasa Roeslani mengatakan pihaknya bekerja sama dengan Kemnaker guna mempersiapkan tena­ga kerja guna menarik investasi. Hal ini dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja, mendorong investasi yang lebih inklusif, serta memastikan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi nasional melalui sinergi antara ketenagakerjaan dan hilirisasi industri. Fokus utama dari kolaborasi ini adalah untuk menciptakan lapangan kerja yang tidak hanya banyak, tetapi juga berkualitas dan berkelanjutan.

Upaya ini juga berfokus pada memastikan tenaga kerja Indonesia siap memenuhi tuntutan industri modern, sekaligus meningkatkan daya saing nasional dalam menarik investasi, khususnya di sektor hilirisasi yang menjadi prioritas Pemerintah. Dengan memanfaatkan SDA secara optimal, Indonesia dapat memperkuat sektor industri, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan pendapatan negara.

Hilirisasi dan investasi saling berhubungan dan saling mendukung. Investasi yang masuk ke Indonesia dapat mempercepat pengembangan sektor hilirisasi, sedangkan hilirisasi yang sukses dapat meningkatkan daya tarik Indonesia sebagai tujuan investasi. Dengan hilirisasi, Indonesia tidak hanya mengandalkan ekspor bahan mentah, tetapi juga bisa menghasilkan produk dengan nilai tambah yang lebih tinggi, yang akan meningkatkan pendapatan negara dan menciptakan ekosistem industri yang lebih beragam. Hal ini sejalan dengan upaya untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang mandiri, berdaya saing, dan memiliki posisi yang kuat di dunia.

 

)* Penulis adalah Pengamat Isu Ekonomi

 

 

Pemerintah Targetkan Kontribusi Proyek Hilirisasi pada Industrialisasi Berkelanjutan

Jakarta – Presiden Prabowo Subianto telah menerima laporan dari Satgas Hilirisasi dan beberapa kementerian terkait mengenai perkembangan investasi di sektor hilirisasi.

Pertemuan yang berlangsung di Istana Merdeka, Jakarta, tersebut memaparkan sejumlah proyek strategis yang akan dikembangkan untuk mendorong industrialisasi serta mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional.

Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM, Rosan Roeslani, menyatakan bahwa pemerintah tengah mengevaluasi berbagai proyek hilirisasi yang mencakup sektor mineral, batu bara, serta produk pertanian dan kelautan.

Menurutnya, penilaian terhadap proyek-proyek ini tidak hanya berdasarkan aspek ekonomi, tetapi juga mempertimbangkan dampaknya terhadap penciptaan lapangan kerja, peningkatan ekspor, dan pengurangan impor.

“Kami dari Satgas Hilirisasi dan juga semua kementerian terkait, termasuk Pak Menteri KKP, baru saja melaporkan kepada Bapak Presiden beberapa proyek yang akan kita investasikan, kita akan review di hilirisasi. Kita melihat proyek-proyek ini dampaknya gimana terhadap penciptaan lapangan pekerjaan, dampaknya ke segi ekspor seperti apa, penurunan impornya seperti apa, dan juga kesiapan tentunya dari pendanaannya,” ujar Rosan.

Rosan menambahkan bahwa pemerintah menargetkan agar proyek hilirisasi yang dipilih tidak hanya memberi manfaat jangka pendek, tetapi juga berkontribusi pada industrialisasi yang berkelanjutan.

Oleh karena itu, berbagai tahapan evaluasi akan dilakukan untuk memastikan investasi yang dilakukan memberikan hasil yang optimal.

“Dalam panel ini nanti, semua kementerian akan duduk lagi untuk lebih mendetailkan program-program itu, proyek-proyek itu sehingga bisa menjadi feasible karena ini investasinya juga harus memberikan return yang baik, yang acceptable karena ini akan banyak diberikan pendanaan, misalnya oleh Danantara,” jelas Rosan.

Selain aspek ekonomi, Presiden Prabowo juga menekankan pentingnya dampak proyek hilirisasi terhadap penciptaan lapangan pekerjaan.

Hilirisasi Berkualitas Ciptakan Lapangan Kerja dan Dukung Asta Cita Presiden Prabowo

Jakarta – Hilirisasi industri yang berkelanjutan dan berkualitas merupakan langkah penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia, menciptakan lapangan kerja, serta mewujudkan visi dan cita-cita Presiden Prabowo Subianto dalam membangun Indonesia yang lebih kuat dan mandiri.

Melalui kebijakan hilirisasi yang berbasis pada inovasi dan kualitas, Indonesia diharapkan dapat memperkuat daya saing global dan mendorong keberlanjutan pembangunan di berbagai sektor.

Anggota Komisi XII DPR RI, Christiany Eugenia Tetty Paruntu, menyampaikan penekanan Presiden Prabowo Subianto mengenai program hilirisasi yang harus berkualitas dengan sasaran dapat membuka banyak lapangan kerja, meningkatkan ekonomi yang inklusif di wilayah setempat, dan berkeadilan bagi seluruh lapisan masyarakat.

“Artinya hilirisasi yang lebih banyak membuka lapangan kerja, inklusif, berkeadilan, berdampak sosial, dan berkelanjutan,” kata Tetty.

Hilirisasi yang berkualitas akan memainkan peran kunci dalam menciptakan lapangan kerja yang luas sekaligus mendukung pencapaian asta cita Presiden Prabowo Subianto.

Asta Cita, yang menjadi pedoman dalam arah kebijakan Presiden Prabowo, menekankan pentingnya peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia melalui penciptaan ekonomi yang berkelanjutan, pemerataan kesejahteraan, dan penguatan ketahanan ekonomi nasional.

Menurut Christiany Eugenia Tetty Paruntu, kualitas dan fokus hilirisasi akan menjadi kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan hilirisasi yang tepat, Indonesia dapat mengoptimalkan sumber daya alam, menciptakan lapangan pekerjaan, dan meningkatkan daya saing global, yang pada akhirnya akan mengubah ekonomi Indonesia menjadi lebih maju dan mandiri.

“Dengan hilirisasi yang berkualitas maka akan tercipta lapangan kerja yang luas, berkeadilan, berdampak sosial dan juga berkelanjutan,” lanjut Tetty.

Sama halnya dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia mengungkapkan selain memperkuat ketahanan energi dan industri nasional, hilirisasi ini juga diproyeksikan akan membuka peluang besar dalam menciptakan berbagai lapangan pekerjaan yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih merata di seluruh wilayah tanah air.

“Hilirisasi pasti akan menciptakan banyak lapangan pekerjaan. Cukup banyak angka-angkanya nanti kita akan umumkan pada kesempatan yang lain, tetapi yang jelas kita blending antara padat karya dan padat teknologi,” kata Bahlil.

Dengan hilirisasi yang berkualitas, Indonesia tidak hanya akan menikmati pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, tetapi juga menjamin pemerataan kesempatan bagi masyarakat, sesuai dengan tujuan asta cita Presiden Prabowo untuk menciptakan Indonesia yang lebih mandiri, makmur, dan sejahtera.

Pemerintah Dorong Realisasi Investasi dan Hilirisasi di Kawasan Indonesia Timur

Jakarta – Pemerintah terus mendorong realisasi investasi dan hilirisasi di Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan menetapkan target investasi sebesar Rp 61,09 triliun pada 2025.

Target tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan tahun 2024 yang hanya Rp 26,9 triliun berdasarkan penetapan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) NTB, Wahyu Hidayat mengungkapkan pihaknya masih meminta pertimbangan ulang terkait target tersebut.

“Kemarin kami minta dipertimbangkan kembali target Rp 61,09 triliun itu, kami minta disesuaikan dulu,” katanya.

Menurut Wahyu, kenaikan target ini cukup berat mengingat kebijakan efisiensi anggaran yang diterapkan pemerintah pusat. Kondisi ini berdampak pada keterbatasan operasional daerah dalam mengejar investasi.

Sebelumnya, operasional DPMPTSP NTB mengandalkan dana dekonsentrasi dan Dana Alokasi Khusus (DAK), namun kini DAK telah dihapus.

“Dengan kondisi seperti ini gimana cara kita mengejar target itu. Kemarin saja Rp 26,9 triliun, sekarang menjadi Rp 61,09 triliun,” ujarnya.

Meski demikian, realisasi investasi di NTB pada 2024 mencapai Rp 54,5 triliun, melampaui target RPJMD NTB sebesar Rp 25,4 triliun dan target BKPM RI sebesar Rp 26,9 triliun. Peningkatan ini didorong oleh investasi sektor Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang menyumbang Rp 37 triliun, diikuti sektor perindustrian Rp 10 triliun, serta pariwisata dan ekonomi kreatif Rp 4 triliun.

Namun, Wahyu menilai sektor tambang tidak bisa sepenuhnya diandalkan karena izin ekspor konsentrat AMMAN Mineral di Sumbawa Barat berakhir pada Desember 2024.

“Jadinya untuk hal ini yang kita kejar industri turunan tambangnya,” tandasnya.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) NTB, Wahyudin turut menyoroti dampak kontraksi sektor tambang terhadap ekspor daerah.

“Januari 2025 ini tidak ada ekspor yang terkait dengan hasil tambang. Izin ekspor konsentrat AMMAN Mineral di Sumbawa Barat hanya sampai 31 Desember 2024. Sekarang mereka berproduksi untuk memenuhi kebutuhan smelter yang sudah dibangun di Sumbawa Barat juga,” jelasnya.

Kondisi ini menyebabkan nilai ekspor NTB pada Januari 2025 turun 97,12 persen dibanding Desember 2024, sementara nilai impor turun 51,74 persen pada periode yang sama. Pemerintah daerah kini berfokus pada percepatan hilirisasi untuk menjaga keberlanjutan investasi di NTB.

*

BKPM dan Kemnaker Perkuat Sinergi Siapkan Tenaga Kerja Terampil untuk Hilirisasi

Jakarta – Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) bekerja sama dengan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) untuk menyiapkan tenaga kerja terampil dan tersertifikasi guna mendukung pertumbuhan investasi dan pengembangan industri hilirisasi di Indonesia.

Sebagai langkah konkret, Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM, Rosan Perkasa Roeslani bertemu dengan Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), Yassierli di kantor BKPM, Jakarta, pada Kamis (6/3/2025). Keduanya sepakat mengenai pentingnya kesiapan tenaga kerja dalam menghadapi kebutuhan industri modern dan meningkatkan daya saing nasional.

“Dengan semakin meningkatnya investasi, terutama di sektor hilirisasi, diperlukan tenaga kerja yang terampil dan tersertifikasi agar manfaat ekonomi dapat dirasakan lebih luas,” ujar Rosan.

Rosan menambahkan bahwa realisasi investasi yang masuk ke Indonesia berdampak besar terhadap penciptaan lapangan kerja. Dalam lima tahun ke depan, investasi diproyeksikan mampu menciptakan lebih dari 2,6 juta lapangan pekerjaan baru per tahun.

Tahun lalu, tambahnya, dengan realisasi investasi sebesar Rp 1.700 triliun, tenaga kerja yang terserap mencapai 2,45 juta orang. Angka tersebut diperkirakan meningkat menjadi 2,8–2,9 juta orang per tahun.

Menurut Rosan, kesiapan tenaga kerja menjadi faktor utama dalam menarik investasi. Investor tidak hanya mempertimbangkan potensi pasar, tetapi juga ketersediaan tenaga kerja yang siap pakai. Biasanya, investor membangun pabrik dalam waktu dua hingga tiga tahun, dan pada saat yang sama tenaga kerja harus sudah siap.

Menaker Yassierli menegaskan bahwa Kemnaker memiliki infrastruktur pelatihan yang memadai untuk mendukung peningkatan kualitas tenaga kerja.

“Kami memiliki 303 Balai Latihan Kerja (BLK) di seluruh Indonesia yang dapat dimanfaatkan untuk menyiapkan tenaga kerja sesuai kebutuhan industri,” ujarnya.

Selain pelatihan, Yassierli juga menyoroti pentingnya sertifikasi tenaga kerja agar dapat bersaing di pasar kerja nasional maupun internasional.

“Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) di bawah Kemnaker siap menjamin kualitas tenaga kerja tersertifikasi agar memiliki daya saing global,” tegasnya.

Sebagai tindak lanjut, BKPM dan Kemnaker akan menyusun perjanjian kerja sama teknis untuk mengoptimalkan pelatihan tenaga kerja serta pemanfaatan data guna merancang kebijakan berbasis kebutuhan industri.

Yassierli berharap sinergi ini dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja, mendorong investasi yang lebih inklusif, serta memastikan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi nasional.

**

Siap-Siap! Hilirisasi Industri Bakal Buka Banyak Peluang Kerja

Jakarta – Pemerintah berkomitmen meningkatkan investasi guna mempercepat hilirisasi industri di berbagai sektor strategis. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa investasi besar-besaran telah disiapkan untuk mendukung program ini.

“Kami telah memutuskan, (investasi) hilirisasi yang ditargetkan kurang lebih sekitar USD618 miliar untuk tahun 2025,” ujar Bahlil.

Pada tahap awal, pemerintah akan meluncurkan 21 proyek dengan total investasi mencapai USD40 miliar. Beberapa proyek akan mendapatkan pendanaan dari Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara).

Bahlil merinci sejumlah proyek hilirisasi yang akan segera berjalan. Salah satunya adalah pembangunan fasilitas penyimpanan minyak di Pulau Nipah yang diharapkan dapat meningkatkan ketahanan energi nasional. Penyimpanan ini ditargetkan mampu memenuhi kebutuhan energi nasional selama 30 hari, sesuai dengan amanat Peraturan Presiden.

Selain itu, pemerintah akan membangun fasilitas penyulingan minyak berkapasitas 500 ribu barel per hari, menjadikannya salah satu yang terbesar di Indonesia. Proyek ini bertujuan untuk menstabilkan pasokan energi dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada impor.

Di sektor gasifikasi batu bara, pemerintah menargetkan produksi dimethyl ether (DME) sebagai substitusi LPG. Proyek ini akan dikembangkan di Sumatra Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan dengan pendekatan berbasis sumber daya dalam negeri.

Sejalan dengan kebijakan Presiden Prabowo, pemerintah telah menetapkan 26 sektor komoditas sebagai prioritas hilirisasi nasional. Sektor-sektor tersebut mencakup mineral, minyak dan gas, perikanan, pertanian, perkebunan, serta kehutanan.

Ekonom CORE Indonesia, Muhammad Faisal menilai kebijakan ini sebagai langkah positif.

“Hilirisasi bukan hanya meningkatkan nilai tambah, tetapi juga berdampak pada penciptaan lapangan pekerjaan,” ujarnya. Namun, ia mengingatkan perlunya perbaikan dari pengalaman sebelumnya, terutama terkait keterkaitan industri dengan ekonomi lokal dan aspek lingkungan.

Faisal juga menyoroti pentingnya mempertimbangkan permintaan pasar sebelum mengembangkan industri hilirisasi.

“Kita tidak ingin menciptakan produk yang nanti tidak memiliki pembeli,” tegasnya.

Meski ada tantangan seperti kebijakan proteksionisme Amerika Serikat, Faisal optimistis pasar hilirisasi tetap luas, baik di dalam maupun luar negeri.

Ia menekankan bahwa kebijakan proteksionisme lebih menyasar negara seperti China, Meksiko, Kanada, dan Vietnam, sementara Indonesia masih memiliki potensi besar untuk berkembang.

**

Hilirisasi dan Investasi, Kunci Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan

Jakarta – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa hilirisasi merupakan kunci utama dalam mendorong investasi nasional dan menciptakan lapangan pekerjaan.

Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat bergantung pada investasi yang saat ini menyumbang sekitar 30% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

“Ekonomi kita tidak bisa hanya bergantung pada konsumsi. Untuk menciptakan lapangan pekerjaan, kita harus mendorong investasi. Dan investasi itu harus berbasis industrialisasi dan hilirisasi,” ujar Bahlil.

Ia mencontohkan keberhasilan hilirisasi nikel yang telah meningkatkan nilai ekspor Indonesia secara signifikan. Sebelum hilirisasi, Indonesia hanya mengekspor bahan mentah, tetapi kini ekspor nikel telah mencapai 40 miliar USD.

“Ini membuktikan bahwa hilirisasi mampu mengubah struktur ekonomi kita,” tambahnya.

Ia juga menekankan pentingnya koordinasi antar-kementerian agar tidak terjadi tumpang tindih kebijakan.

“Tidak ada satu pun negara yang berhasil melakukan industrialisasi tanpa keterlibatan negara secara aktif. Oleh karena itu, kita harus memastikan ada tata kelola yang jelas agar hilirisasi berjalan efektif,” tegasnya.

Di sisi lain, ia juga menyoroti ketimpangan dalam distribusi manfaat dari hilirisasi. Menurutnya, keuntungan industri ini masih lebih banyak dinikmati oleh investor asing dibandingkan masyarakat lokal.

“Hilirisasi harus adil. Jangan sampai hanya dinikmati oleh investor luar negeri sementara masyarakat kita hanya jadi penonton,” ujarnya.

Anggota Komisi XII DPR RI, Christiany Eugenia Tetty Paruntu menegaskan bahwa hilirisasi di era pemerintahan Presiden Prabowo Subianto harus berkualitas dan berorientasi pada peningkatan lapangan kerja serta ekonomi inklusif.

“Artinya hilirisasi yang lebih banyak membuka lapangan kerja, inklusif, berkeadilan, berdampak sosial, dan berkelanjutan,” kata Tetty.

Ia menambahkan bahwa hilirisasi menjadi strategi penting untuk mencapai ketahanan energi dan pangan nasional. Indonesia, menurutnya, memiliki potensi besar di sektor energi dan kemaritiman yang perlu dimanfaatkan secara optimal untuk mengembangkan ekonomi hijau dan biru.

“Dalam ekonomi hijau ini, kita tahu, sangat rendah karbon, dan ini baik untuk lingkungan. Sementara dalam ekonomi biru, kita punya laut yang luas dan sumber daya manusia angkatan kerja yang banyak,” tuturnya.

Tetty menekankan bahwa hilirisasi berkualitas harus didukung regulasi pemerintah pusat dan daerah guna menciptakan ekosistem ekonomi yang baik.

“Dengan hilirisasi yang berkualitas maka akan tercipta lapangan kerja yang luas, berkeadilan, berdampak sosial, dan juga berkelanjutan,” kata dia.

*

Hilirisasi dan Investasi Strategi Ampuh Pemerintah Ciptakan Lapangan Kerja

Jakarta – Optimalisasi program hilirisasi dan investasi yang dilaksanakan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto mendapat dukungan dari kalangan legislatif. Hal ini disampaikan oleh Anggota Komisi XII DPR RI, Christiany Eugenia Tetty Paruntu.

“Artinya hilirisasi yang lebih banyak membuka lapangan kerja, inklusif, berkeadilan, berdampak sosial, dan berkelanjutan,” kata Tetty dalam keterangannya di Jakarta.

Ia menegaskan bahwa hilirisasi merupakan strategi penting dalam mencapai ketahanan energi dan pangan nasional.

Menurutnya, Indonesia memiliki potensi besar di sektor energi dan kemaritiman sehingga hilirisasi berperan dalam meningkatkan nilai ekonomi hijau dan ekonomi biru.

“Dalam ekonomi hijau ini, kita tahu, sangat rendah karbon, dan ini baik untuk lingkungan. Sementara dalam ekonomi biru, kita punya laut yang luas dan sumber daya manusia angkatan kerja yang banyak,” ujarnya.

Tetty juga menyoroti tantangan yang akan dihadapi dalam pelaksanaan hilirisasi. Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi berbagai pemangku kepentingan, termasuk dukungan regulasi dari pemerintah pusat dan daerah untuk menciptakan ekosistem usaha yang baik.

“Dengan hilirisasi yang berkualitas maka akan tercipta lapangan kerja yang luas, berkeadilan, berdampak sosial dan juga berkelanjutan,” tambahnya.

Sementara itu, Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Perkasa Roeslani menekankan pentingnya menyiapkan tenaga kerja yang mampu menghadapi tuntutan industri modern.

Dengan meningkatnya investasi di sektor hilirisasi, dibutuhkan tenaga kerja terampil dan tersertifikasi agar manfaat ekonomi bisa dirasakan lebih luas.

“Untuk tahun lalu saja, dari realisasi investasi sebesar Rp1.700 triliun, tenaga kerja yang tercipta adalah 2,45 juta orang. Kami melihat pada tahun ini sampai lima tahun ke depan, tenaga kerja yang tercipta per tahun secara rata-rata mencapai 2,8-2,9 juta orang,” ujar Rosan.

Hilirisasi dan investasi yang terarah diharapkan tidak hanya mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi juga menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat secara berkelanjutan.

*