Program Hilirisasi Andalan Danantara untuk Buka Lapangan Pekerjaan

Oleh: Rahman Prawira)*

Program hilirisasi andalan Danantara hadir sebagai sebuah terobosan strategis dalam upaya memperkuat fondasi pembangunan ekonomi nasional yang inklusif, berkelanjutan, dan berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat luas. Program ini bukan sekadar kebijakan ekonomi yang menitikberatkan pada nilai tambah produk, tetapi juga merupakan simbol komitmen kuat untuk melepaskan bangsa dari ketergantungan pada ekspor bahan mentah. Dengan mendorong transformasi struktural melalui industrialisasi dan penguatan sektor hilir, Danantara menempatkan hilirisasi sebagai jantung dari upaya menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan, meningkatkan daya saing, serta menumbuhkan kemandirian ekonomi.

Presiden Prabowo Subianto menyampaikan bahwa Danantara tidak hanya difokuskan pada kota besar, tetapi juga ditujukan untuk memberikan manfaat nyata bagi masyarakat di daerah. Ia menjelaskan bahwa melalui program ini, investasi strategis diharapkan dapat menjangkau wilayah-wilayah yang selama ini kurang diperhatikan, menciptakan lapangan kerja, dan memperkuat ekonomi lokal. Lebih lanjut, Presiden menegaskan bahwa Danantara sejalan dengan visi pemerintah dalam membangun Indonesia dari pinggiran serta mendorong pemerataan pembangunan dan kesempatan kerja di seluruh wilayah. Presiden menyimpulkan bahwa Danantara merupakan langkah nyata dalam mewujudkan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Langkah tegas pemerintah melalui Danantara ini disambut baik oleh berbagai pihak. Ketua BPP Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Bidang Sinergitas BUMN, Danantara, dan BUMD, Anthony Leong menyampaikan bahwa Danantara memegang peran penting dalam membangun ekosistem kewirausahaan nasional yang dapat menciptakan lapangan kerja secara lebih produktif dan terstruktur. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan tidak cukup jika hanya mengandalkan pengembangan usaha mikro dan sektor informal, melainkan perlu difokuskan pada penguatan skala usaha serta peningkatan produktivitas secara mendalam.

Upaya pembangunan program hilirisasi ini berbanding lurus dengan cita-cita Indonesia Emas 2045, yang menitikberatkan tak hanya kuantitas pekerjaan, namun juga kualitas pekerjaan. Anthony menekankan pentingnya mendorong lebih banyak masyarakat untuk bekerja di sektor formal, khususnya di perusahaan yang memiliki akses terhadap teknologi, permodalan, dan pasar yang luas. Ia meyakini bahwa Danantara dapat menjadi motor penggerak menuju tujuan tersebut.

Selain itu, Danantara memiliki potensi besar sebagai wadah bagi tumbuhnya jiwa kewirausahaan di kalangan generasi muda Indonesia. Inisiatif ini akan semakin kuat jika didukung oleh kebijakan yang berpihak, kerja sama strategis dengan BUMN dan BUMD, serta sistem pembiayaan yang menjangkau berbagai kalangan. Kemudian program ini bukan sekadar instrumen untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional, tetapi juga sebagai langkah nyata dalam menciptakan masa depan yang lebih setara dan berkelanjutan. Di bawah naungan HIPMI, Danantara dijalankan dengan komitmen tinggi dan arah kebijakan yang terstruktur, maka program ini berpotensi menjadi katalis dalam pembentukan kelas menengah baru yang kuat di tanah air.

Dengan adanya pendekatan yang menyeluruh, yang tidak hanya menitikberatkan pada sisi ekonomi semata, tetapi juga memperhatikan aspek keadilan sosial dan pemerataan peluang, Danantara dapat menjadi model pembangunan ekonomi inklusif di masa depan. Anthony pun menutup pernyataannya dengan keyakinan bahwa keberhasilan program ini sangat bergantung pada keseriusan seluruh pemangku kepentingan untuk bekerja secara kolaboratif dan berorientasi jangka panjang.

Secara keseluruhan, Danantara diharapkan menjadi tonggak penting dalam mendorong transformasi ekonomi Indonesia melalui wirausaha yang progresif, kolaboratif, dan berbasis potensi lokal. Jika diterapkan secara konsisten, inisiatif ini diyakini dapat membawa dampak besar terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat dan memperluas partisipasi ekonomi dari kelompok-kelompok yang sebelumnya belum terjangkau oleh sistem ekonomi formal.

Selain Anthony, Chief Executive Officer BPI Danantara, Rosan Perkasa Roeslani, menjelaskan bahwa hilirisasi tidak hanya berfokus pada peningkatan nilai tambah sumber daya alam, tetapi juga berdampak besar terhadap penciptaan lapangan kerja yang berkualitas. Ia menyebutkan bahwa dari total 18 proyek yang direncanakan, diperkirakan akan tercipta lebih dari 270.000 lapangan kerja, karena salah satu tujuan utama pihaknya adalah memastikan bahwa setiap investasi menghasilkan peluang kerja yang layak. Ia juga merinci bahwa sektor minerba diperkirakan akan menyerap 104.974 tenaga kerja, sektor pertanian sebanyak 23.950 tenaga kerja, kelautan dan perikanan sejumlah 67.100 tenaga kerja, transisi energi sejumlah 29.652 tenaga kerja, dan ketahanan energi sebanyak 50.960 tenaga kerja.

Sementara itu, Ketua Satgas Hilirisasi yang juga menjabat sebagai Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, menegaskan bahwa upaya ini merupakan tindak lanjut dari arahan Presiden Prabowo Subianto dalam sejumlah rapat terbatas. Ia menyampaikan bahwa meskipun studi yang dilakukan masih dalam tahap pra-FS, penyempurnaan akan dilanjutkan oleh Danantara, mengingat lembaga tersebut memiliki sumber daya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kajian tersebut.

Kebijakan pemerintah melalui Danantara merupakan langkah progresif dan krusial dalam mendukung program hilirisasi. Upaya positif ini tak hanya menambah nilai sumber daya alam, tetapi juga membuka peluang kerja berkualitas bagi banyak orang. Inisiatif ini menjadi langkah penting dalam memperkuat ekonomi nasional sekaligus mewujudkan masa depan yang lebih inklusif dan sejahtera bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia.

*)Penulis merupakan Pengamat Kebijakan Publik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *