Bendera Bajak Laut Hanya Budaya Pop, Tidak Layak di Bulan Kemerdekaan

Jakarta – Memperingati HUT ke-80 Republik Indonesia, pemerintah mengingatkan kembali pentingnya menjaga kesakralan Hari Kemerdekaan. Suasana bulan Kemerdekaan harus dijadikan momentum untuk memperkokoh identitas nasional dengan menjunjung tinggi Merah Putih sebagai satu-satunya simbol negara.

Menteri Agama, Nasaruddin Umar, menegaskan bahwa Merah Putih memiliki kedudukan yang tidak tergantikan.

“Bendera Merah Putih memiliki kedudukan yang tak tergantikan sebagai simbol persatuan. Dalam momen sakral seperti Hari Kemerdekaan, seluruh warga negara wajib menghormati bendera negara dengan penuh khidmat. Mengibarkan simbol lain di samping Merah Putih dapat menurunkan nilai spiritual dan nasional yang terkandung dalam perayaan kemerdekaan,” ujarnya.

Pemerintah akan memperkuat sosialisasi penggunaan bendera negara melalui pendidikan, penyuluhan, dan kampanye publik untuk menegaskan Merah Putih sebagai simbol kedaulatan yang tidak boleh disamakan dengan ikon non-nasional.

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti menyoroti pentingnya memberikan pemahaman kepada generasi muda mengenai arti simbol negara.

“Generasi muda perlu mendapat pemahaman lebih mendalam mengenai arti simbol negara. Budaya populer memang bagian dari keseharian masyarakat, namun penggunaannya harus ditempatkan secara proporsional. Hari Kemerdekaan adalah kesempatan istimewa untuk menanamkan rasa cinta tanah air, sehingga hanya Merah Putih yang pantas dikibarkan,” tuturnya.

Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, mempunyai pandangan yang sama, dimana menjaga kesucian simbol negara merupakan tanggung jawab bersama.

“Menjaga kemurnian simbol negara adalah bagian dari tanggung jawab bersama. Bendera bajak laut hanyalah ikon hiburan global tanpa makna historis dalam perjalanan kemerdekaan Indonesia. Oleh sebab itu, saya mengajak masyarakat untuk tidak mencampuradukkan ruang hiburan dengan ruang kenegaraan yang penuh makna,” katanya.

Momentum HUT RI menjadi refleksi atas pengorbanan dan persatuan para pahlawan. Dengan mengibarkan Merah Putih, bangsa meneguhkan komitmen persatuan dan penghormatan sejarah perjuangan, sekaligus menunjukkan keteguhan di tengah derasnya arus budaya global.

Merah Putih bukan sekadar kain merah dan putih, tetapi lambang kebanggaan dan martabat bangsa dari Sabang hingga Merauke. Saat berkibar di langit Indonesia, bendera ini menghadirkan kembali semangat perjuangan yang menyatukan rakyat dalam keberagaman. Dengan menjunjung tinggi Merah Putih di Hari Kemerdekaan, Indonesia mempertegas jati dirinya sebagai bangsa yang berdaulat, bermartabat, dan tangguh.

Bendera Merah Putih Harus Jadi Simbol Utama Kemerdekaan

JAKARTA — Dalam rangka peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia, sejumlah pejabat negara menegaskan kembali pentingnya Bendera Merah Putih sebagai simbol utama yang tidak tergantikan. Di tengah maraknya budaya populer dan munculnya simbol-simbol alternatif, pemerintah menekankan bahwa Merah Putih harus tetap dijunjung tinggi sebagai lambang pemersatu bangsa.

Ketua MPR RI, Ahmad Muzani, menyatakan bahwa meski masyarakat mengekspresikan kreativitas melalui pengibaran bendera lain, kecintaan rakyat terhadap Merah Putih tetap tidak tergoyahkan.

“Saya kira itu ekspresi kreativitas, ekspresi inovasi, dan pasti hatinya adalah Merah Putih, semangatnya Merah Putih. Saya kira kecintaan rakyat Indonesia kepada Merah Putih tidak akan tertukar dengan apa pun. Saya meyakini itu,” ujarnya

Ia menambahkan, momentum bulan kemerdekaan seharusnya menjadi sarana memperkuat persatuan bangsa.

“Merah Putih adalah perekat seluruh elemen bangsa. Simbol lain bisa hadir sebagai ekspresi, tetapi jangan sampai menyingkirkan lambang negara,” tegas Muzani.

Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad, menyampaikan pandangan senada. Ia menilai kreativitas masyarakat dalam menggunakan simbol lain tidak perlu dipermasalahkan selama Merah Putih tetap dikibarkan.

“Benderanya itu enggak ada masalah, selama Merah Putih tetap dikibarkan. Secara keseluruhan, bahwa kreativitas pengibaran-pengibaran bendera dan juga pemakaian bendera One Piece itu menurut kita enggak ada masalah,” ungkapnya.

Meski begitu, Dasco mengingatkan agar masyarakat tetap membedakan antara simbol hiburan dan simbol kenegaraan. Ia menekankan bahwa peringatan HUT RI harus dimaknai lebih dalam sebagai momentum memperkuat cinta tanah air, bukan sekadar perayaan seremonial.

Sementara itu, Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi menegaskan pentingnya menjaga kesakralan peringatan kemerdekaan, khususnya di bulan Agustus.

“Kami berharap di bulan Agustus ini janganlah ternodai dengan hal-hal yang tidak sakral,” tegasnya

Menurut Prasetyo, pemerintah tidak menutup ruang bagi kreativitas masyarakat, tetapi harus ada batas yang jelas. Merah Putih wajib dikibarkan dengan penuh khidmat pada setiap peringatan HUT RI sebagai bentuk penghormatan terhadap para pejuang bangsa.

Ia juga mengajak generasi muda menjadikan Merah Putih sebagai sumber inspirasi dalam berkarya.

“Bendera ini adalah simbol perjuangan yang mempersatukan kita semua. Generasi muda harus menjaganya, karena di situlah harga diri bangsa Indonesia,” pungkasnya.

Dengan demikian, berbagai pernyataan pejabat negara ini menegaskan kembali bahwa menjaga kehormatan Bendera Merah Putih bukan sekadar ritual, tetapi bentuk penghormatan terhadap sejarah, persatuan, dan jati diri bangsa.
(*/rls)

Bendera Bajak Laut Tidak Mencerminkan Jiwa Patriotisme Bangsa

Oleh: Surya Andika)*

Di tengah semarak peringatan HUT ke-80 Republik Indonesia, sebuah fenomena unik mencuat yakni maraknya pengibaran bendera bajak laut dari anime One Piece. Sebagian masyarakat mengangkatnya sebagai simbol kritik sosial, sindiran terhadap pemerintahan, atau bentuk kegelisahan atas ketidakadilan. Namun, realitasnya adalah bahwa bendera fiksi seperti ini yang tidak mencerminkan semangat dan sejarah bangsa namun justru mengancam nuansa sakral patriotisme dan tumbuhnya kesadaran kebangsaan.

Menggunakan atau mengagungkan bendera bajak laut dalam kehidupan sehari-hari sejatinya tidak mencerminkan jiwa patriotisme bangsa. Tak hanya itu, tetapi juga berisiko menurunkan kesadaran nasional di tengah generasi penerus bangsa. Meskipun demikian, di balik tampilannya yang dianggap keren, estetik, atau “rebel”, simbol ini sesungguhnya memiliki sejarah kelam yang sarat kekerasan, kejahatan, dan pelanggaran hukum.

Anggota DPR RI Fraksi Nasdem, M. Shadiq Pasadigoe, mengatakan bahwa penggunaan simbol bajak laut sebagai ‘diganti’ atau bahkan disandingkan dengan Merah Putih merupakan ekspresi politik yang salah alamat. Ia menegaskan jika ingin mengkritik kebijakan pemerintah, salurkan lewat kanal yang sah. Jangan pernah mengganti Merah Putih dengan simbol fiktif. Ini bukan pelanggaran etika, tapi juga bentuk pelupaan sejarah.

Selain itu, Anggota Komisi I DPR RI, Mayjen TNI (Purn) Dr. TB Hasanuddin, menyatakan dengan tegas bahwa pengibaran bendera fiksi pada tanggal 17 Agustus pada hari di mana Merah Putih diwajibkan dikibarkan adalah tidak hanya tidak etis, tetapi juga menyinggung kewibawaan dan makna dari Bendera Negara. Pandangan ini sejalan dengan semangat pemerintah yang berupaya menjaga posisi Merah Putih sebagai simbol formal negara, sebagaimana diatur dalam UU No. 24/2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara. Hal ini memberikan isyarat kuat bahwa penghormatan terhadap simbol negara bukan hanya soal legalitas, tetapi juga soal menjaga nilai luhur pengorbanan dan semangat proklamasi yang telah diwariskan generasi masa lalu

Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban pemerintah dan masyarakat luas untuk menjaga agar simbol seperti bendera bajak laut tidak menggantikan, atau bahkan hanya menandingi, lambang resmi negara dalam makna dan wibawa. Bukan berarti menolak kritik justru sebaliknya. Kritik jika dilakukan dengan saluran yang sah dan kontekstual adalah bagian penting dari demokrasi. Namun, nilai-nilai kemerdekaan, patriotisme, dan penghormatan atas sejarah pahit perjuangan bangsa harus tetap dijaga agar tidak tergerus oleh tren yang bisa mengendurkan ikatan simbolik kolektif.

Sosiolog dari Universitas Indonesia, Dr. Paulus Wirutomo, mengatakan bahwa identitas kultural terbentuk dari simbol-simbol yang dijadikan rujukan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika simbol kekerasan dinormalisasi dan dipuja, hal itu berpotensi menciptakan krisis identitas pada generasi muda. Maka dari itu, pendidikan formal dan non-formal memiliki peran penting dalam menyaring simbol yang masuk ke dalam budaya masyarakat.

Sekolah harus mulai menyisipkan literasi simbol dan sejarah dalam kurikulum, terutama yang berkaitan dengan simbol nasional dan tantangan globalisasi. Media sosial juga tak kalah penting untuk mengambil peran tersebut. Konten kreator, influencer, dan media massa seharusnya ikut mengambil peran dalam menyuarakan kebanggaan terhadap simbol nasional dan mengingatkan bahaya penggunaan simbol yang menyimpang. Bukan dengan melarang secara keras, tetapi dengan pendekatan edukatif yang mengedepankan konteks sejarah dan nilai.

Abdul Mu’ti, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, saat peluncuran Permendikdasmen Nomor 2 Tahun 2025, menekankan peran bahasa (dan simbol kebangsaan) sebagai pilar jati diri bangsa dan landasan dalam ruang publik. Identitas bangsa terbentuk dari simbol yang telah dijaga, ini menggarisbawahi pentingnya menjaga keunikan dan kedaulatan simbol kebangsaan.

Simbol bangsa seperti Bendera Merah Putih dan Garuda Pancasila bukan hanya identitas visual, melainkan lambang perjuangan, pengorbanan, dan cita-cita luhur bangsa. Bendera Merah Putih, misalnya, dikibarkan dengan penuh semangat pada 17 Agustus 1945 sebagai tanda kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia. Presiden Soekarno pernah mengatakan, “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa para pahlawannya.”

Menghormati jasa pahlawan berarti juga menghargai simbol-simbol yang mereka perjuangkan. Mengganti atau menyamakan simbol nasional dengan lambang bajak laut sama saja dengan merendahkan makna perjuangan kemerdekaan itu sendiri. Lebih dari sekadar pelanggaran estetika, itu adalah bentuk pengaburan identitas dan nilai-nilai luhur bangsa.

Simbol-simbol tersebut dapat menjadi kebanggaan yang bisa menginspirasi dan membakar semangat nasionalisme. Semua simbol-simbol negara Indonesia lahir dari semangat perjuangan dan pengorbanan. Dalam konteks kekinian, nasionalisme tidak harus kaku atau usang. Nasionalisme bisa diwujudkan dalam bentuk bangga menggunakan produk lokal, menghargai sejarah bangsa, aktif dalam kegiatan sosial, dan tentu saja menjaga integritas simbol-simbol nasional dari penyalahgunaan atau degradasi makna.

Sekilas, memang bendera bajak laut mungkin terlihat keren dalam budaya pop, tetapi di baliknya tersimpan sejarah kekerasan, anarkisme, dan pelanggaran hukum. Menggunakannya sebagai identitas di lingkungan masyarakat Indonesia yang menjunjung nilai Pancasila dan kemanusiaan sejati, adalah tindakan yang tidak selaras dengan semangat patriotisme bangsa. Sudah saatnya masyarakat, terutama generasi muda, lebih selektif dalam memilih simbol yang mereka gunakan.

Jangan biarkan simbol kekerasan merusak kesadaran nasional. Bendera bajak laut bukanlah simbol kebebasan, melainkan simbol kelam masa lalu. Mari tegakkan dan banggakan simbol-simbol yang benar-benar mencerminkan jiwa dan perjuangan bangsa Indonesia.

)*Penulis merupakan Pengamat Sosial Kemasyarakatan

Dewi Puspitorini Usung ILUNI UI Transparan dan Digital

Jakarta – Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) bersiap menggelar pemilihan ketua umum periode 2025–2028 pada 23–24 Agustus 2025. Proses pemilihan akan berlangsung secara elektronik melalui aplikasi UI Connect, sebagai upaya mewujudkan organisasi alumni yang adaptif terhadap perkembangan zaman.

Ketua Umum ILUNI Fakultas Kedokteran UI (FKUI), Wawan Mulyawan, berharap pemimpin baru ILUNI UI adalah sosok alumni yang memiliki rekam jejak kuat serta visi sejalan dengan kebutuhan alumni masa kini. “Dan visi yang sejalan dengan kebutuhan alumni UI masa kini,” ujarnya.

Salah satu kandidat yang mencuri perhatian adalah Dewi Puspitorini. Mengusung tagline “U&I Guyub, U and I become Us”, Dewi menyampaikan visinya membangun ILUNI UI yang guyub, progresif, inklusif, dan berdampak nyata bagi alumni, almamater, serta bangsa menuju Indonesia Emas 2045. Ia menegaskan pentingnya kebersamaan yang tidak berhenti pada simbol, tetapi diwujudkan dalam langkah konkret.

Dalam visi yang ditawarkannya, Dewi menekankan lima misi strategis. Pertama, Digitalisasi Total Sistem ILUNI yang bertujuan menjadikan organisasi alumni modern, efisien, dan terkoneksi 24 jam melalui UI Connect. Kedua, Penguatan Jaringan Alumni Global agar potensi alumni yang tersebar di berbagai belahan dunia dapat dijalin dalam kolaborasi nyata.

Misi ketiga, Pemberdayaan Alumni Berkelanjutan, fokus pada peningkatan kesejahteraan, kesehatan mental, serta pengembangan karier alumni. Keempat, Kontribusi Nyata untuk Indonesia, yang menekankan pentingnya peran alumni dalam pembangunan nasional. Kelima, Pemberdayaan Perempuan Indonesia, untuk memperkuat kepemimpinan dan kesetaraan perempuan mulai dari lingkup alumni UI.

“ILUNI UI harus menjadi contoh organisasi alumni yang transparan, akuntabel, dan inklusif. Dengan lebih dari 300 ribu alumni yang tersebar di berbagai sektor strategis, potensi kontribusi kita untuk bangsa sangat besar. Yang dibutuhkan adalah platform kolaborasi yang efektif dan kepemimpinan yang memiliki visi jangka panjang,” tegas Dewi.

Ia menambahkan, konsep kebersamaan yang diusung melalui tagline “U and I Guyub, U and I become Us” akan diwujudkan lewat pemanfaatan teknologi. Transformasi digital melalui UI Connect diyakini menjadi medium keterhubungan alumni lintas daerah dan negara. “Teknologi harus digunakan untuk mendekatkan, bukan membatasi. Dengan UI Connect, alumni dari seluruh dunia bisa tetap terhubung dalam satu ekosistem yang inklusif dan dinamis,” jelasnya.

Selain mendorong inovasi digital, Dewi juga menekankan pentingnya tata kelola organisasi yang profesional dan transparan. Menurutnya, ILUNI UI harus menjadi teladan bagi organisasi alumni lain di Indonesia. “ILUNI UI harus menjadi contoh organisasi yang bersih, terbuka, dan berdampak nyata bagi bangsa. Legitimasi lahir dari akuntabilitas yang konsisten,” ujarnya.

Dengan dukungan lintas fakultas serta visi yang menekankan transparansi dan digitalisasi, Dewi Puspitorini tampil sebagai kandidat kuat yang siap membawa ILUNI UI menuju era baru. (*)

[ed]

HUT ke-80 RI, Semangat Persatuan Untuk Membangun Papua yang Aman dan Sejahtera

Oleh : Manuel Bonay )*

Delapan puluh tahun sudah Indonesia merdeka, sebuah perjalanan panjang penuh dinamika, perjuangan, dan pengorbanan. Peringatan HUT ke-80 Republik Indonesia bukan hanya perayaan seremonial, melainkan momentum refleksi nasional untuk mengukur sejauh mana bangsa ini mampu merawat persatuan, menjaga kebhinekaan, dan mewujudkan cita-cita para pendiri negara. Di tengah perayaan emas kemerdekaan ini, Papua hadir sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Indonesia. Wilayah ini bukan hanya kaya sumber daya alam dan budaya, tetapi juga menyimpan potensi besar untuk menjadi pilar pembangunan nasional jika dikelola dengan bijak, damai, dan penuh rasa persaudaraan.

Semangat persatuan yang menjadi tema utama peringatan kemerdekaan kali ini sangat relevan bagi Papua. Dalam lintasan sejarah, berbagai tantangan kerap muncul di tanah Papua, baik berupa perbedaan pandangan politik, kesenjangan pembangunan, maupun isu-isu sosial lainnya. Namun, justru di tengah tantangan itulah semangat persatuan diuji. Indonesia sebagai bangsa besar memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa masyarakat Papua hidup aman, damai, dan sejahtera, tanpa merasa terpinggirkan dari denyut pembangunan nasional.

Ketua Pemuda Mandala Trikora Provinsi Papua, Ali Kabiay mengatakan dalam memperingati HUT ke-80 RI, pihaknya mengajak seluruh lapisan masyarakat khususnya masyarakat Papua untuk mendukung program pemerintah dalam membangun Papua. Selain itu, pihaknya juga mendukung pemerintah dalam menciptakan Papua yang aman, damai dan sejahtera.

Membangun Papua yang aman tidak semata-mata berarti menghadirkan aparat keamanan, tetapi juga memastikan keadilan, rasa memiliki, dan keterlibatan aktif masyarakat dalam menentukan arah pembangunan daerah mereka sendiri. Keamanan sejati lahir ketika masyarakat merasa dihargai, didengar, dan diberdayakan. Pemerintah, masyarakat lokal, tokoh adat, tokoh agama, hingga generasi muda Papua harus saling bergandengan tangan membangun kepercayaan yang kokoh.

Seiring usia kemerdekaan yang ke-80 Tahun, pemerintah telah menunjukkan komitmen serius untuk mempercepat pembangunan Papua. Berbagai program strategis, mulai dari pembangunan infrastruktur jalan, jembatan, bandara, hingga akses telekomunikasi, telah membuka isolasi dan menghadirkan konektivitas yang lebih baik. Infrastruktur bukan hanya soal fisik, melainkan juga simbol kehadiran negara yang merangkul semua warganya. Dengan infrastruktur yang memadai, distribusi logistik lebih lancar, akses pendidikan lebih mudah, dan pelayanan kesehatan dapat menjangkau wilayah-wilayah terpencil.

Namun, pembangunan Papua tidak boleh berhenti pada dimensi infrastruktur. Lebih penting lagi adalah pembangunan manusia. Pendidikan berkualitas bagi anak-anak Papua merupakan investasi terbesar bagi masa depan. Dengan pendidikan, lahirlah generasi baru yang mampu bersaing secara global, tetapi tetap bangga dengan identitas lokalnya. Demikian pula dengan kesehatan, akses layanan medis yang merata akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan memperkuat fondasi sosial Papua.

Selain itu, pemberdayaan ekonomi lokal menjadi kunci penting. Papua memiliki kekayaan alam luar biasa, mulai dari hasil tambang, perikanan, hingga potensi pariwisata. Namun, kekayaan itu harus benar-benar memberi manfaat langsung bagi masyarakat setempat. Melalui program ekonomi inklusif, pelatihan keterampilan, serta dukungan bagi UMKM, masyarakat Papua bisa menjadi pelaku utama pembangunan, bukan sekadar penonton. Semangat kemandirian inilah yang akan melahirkan Papua sejahtera.

Dalam momentum HUT ke-80 RI, semangat persatuan juga menuntut kita untuk memperkuat dialog dan mengedepankan pendekatan budaya. Papua kaya akan tradisi, seni, dan nilai-nilai kearifan lokal. Menghargai budaya berarti memberikan ruang bagi masyarakat Papua untuk mengekspresikan identitasnya tanpa merasa berbeda dari saudara sebangsa di wilayah lain. Persatuan tidak harus menyeragamkan, melainkan merayakan perbedaan sebagai kekuatan bangsa.

Sementara itu, Ketua DPC Barisan Merah Putih Kabupaten Manokwari Selatan, Johni Saiba mengatakan HUT ke-80 RI menjadi momentum untuk Indonesia semakin maju, sejahtera untuk menuju Indonesia Emas 2045. Selain itu, di momen kemerdekaan ini pihaknya berharap dapat menjadi titik balik bagi seluruh elemen masyarakat untuk bersatu membangun Papua yang aman, damai, dan bermartabat.

Kedamaian Papua juga tidak lepas dari peran generasi muda. Anak-anak muda Papua hari ini adalah agen perubahan yang dapat membawa semangat baru dalam menjaga keamanan, membangun solidaritas, dan menciptakan inovasi untuk kemajuan daerah. Dengan akses pendidikan, teknologi, dan jejaring global, mereka mampu menjadi jembatan antara Papua dan dunia, memperlihatkan wajah Papua yang modern sekaligus berakar pada budaya luhur.

HUT ke-80 RI adalah momentum emas untuk mempertegas tekad bahwa Papua aman dan sejahtera bukan sekadar slogan, tetapi cita-cita nyata yang harus diwujudkan bersama. Pemerintah pusat tidak bisa berjalan sendiri, begitu pula masyarakat Papua tidak bisa hanya berharap pada negara. Diperlukan kolaborasi, kesediaan untuk mendengarkan, serta tekad kuat untuk saling menopang.

Indonesia adalah rumah bersama, dan Papua adalah salah satu ruangan terindah di dalam rumah itu. Semangat persatuan yang terjalin akan memastikan bahwa setiap penghuni rumah merasa nyaman, terlindungi, dan sejahtera. Delapan puluh tahun kemerdekaan menjadi tonggak pengingat bahwa bangsa ini lahir dari tekad untuk bersatu. Mari jadikan momentum ini sebagai landasan moral dan energi baru, agar Papua benar-benar menjadi bagian dari cerita besar Indonesia yang adil, makmur, dan membanggakan di mata dunia.

)* Penulis adalah Mahasiswa Papua di Yogyakarta

Tokoh Pemuda Papua: HUT RI ke 80 Momentum Bersatu Bangun Papua

Papua – Ucapan selamat dan refleksi pada peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia datang dari dua tokoh muda Papua, yakni Sekretaris Jenderal DPP Barisan Merah Putih Republik Indonesia Ali Kabiay dan Ketua DPC Barisan Merah Putih Kabupaten Manokwari Selatan Johni Saiba. Keduanya mengajak masyarakat untuk memperkuat persatuan dan mendukung pembangunan bangsa.

Dalam pernyataannya, Johni Saiba menekankan bahwa tema peringatan tahun ini, Bersatu Berdaulat Rakyat Sejahtera untuk Indonesia Maju, harus diwujudkan bersama untuk mencapai visi besar Indonesia Emas 2045.

“Saya Johni Saiba, Ketua DPC Barisan Merah Putih Kabupaten Manokwari Selatan, mengucapkan Dirgahayu RI yang ke-80 Tahun. Di dirgahayu ke-80 tahun ini dengan mengambil tema Bersatu Berdaulat Rakyat Sejahtera untuk Indonesia Maju. Biarlah momen RI yang ke-80 Tahun ini Indonesia semakin maju, rakyat sejahtera untuk menuju Indonesia Emas 2045, merdeka,” kata Johni.

Sementara itu, Ali Kabiay menegaskan bahwa peran generasi muda sangat penting dalam perjalanan bangsa. Ia mengingatkan agar momentum kemerdekaan tidak hanya menjadi seremonial, tetapi juga pengingat akan tanggung jawab bersama membangun negeri.

“Ini merupakan momentum yang sangat luar biasa bagi kita semua sebagai warga negara, untuk bagaimana kita selalu bersama-sama dengan pemerintah memberikan kontribusi mencari solusi bagi perkembangan bangsa ke depannya,” kata Ali.

Sebagai pemuda asli Papua, Ali berharap Tanah Papua bisa menjadi daerah yang damai dan berkat bagi seluruh bangsa Indonesia. “Mari doakan dan dukung Tanah Papua menjadi daerah yang lebih damai, lebih maju, lebih indah, dan selalu menjadi surga kecil yang jatuh ke bumi,” ujar Ali.

Dengan pernyataan dua tokoh Papua tersebut, HUT RI ke-80 dipandang sebagai kesempatan memperkuat persatuan, menjaga semangat kebangsaan, serta mempercepat terwujudnya Indonesia yang maju, berdaulat, dan sejahtera bagi seluruh rakyat.

Pemuda Papua Dukung Indonesia Damai dan Sejahtera di HUT RI ke 80

Papua – Peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia menjadi momentum penting untuk merefleksikan perjalanan bangsa sekaligus memperkuat persatuan. Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Barisan Merah Putih Republik Indonesia yang berkedudukan di Papua, Ali Kabiay, menyampaikan pesan persatuan dan harapan bagi kemajuan Indonesia, khususnya Tanah Papua.

Ali yang juga menjabat Ketua DPD Pemuda Mandala Trikora Provinsi Papua dan Ketua Pemuda Adat Saireri Nabire menegaskan bahwa peringatan kemerdekaan ke-80 ini adalah kesempatan bagi masyarakat untuk mempererat kerja sama dengan pemerintah.

“Ini tentunya merupakan momentum yang sangat luar biasa bagi kita semua sebagai warga negara, untuk bagaimana kita selalu bersama-sama dengan pemerintah memberikan kontribusi mencari solusi bagi perkembangan bangsa kita ke depannya,” ujar Ali.

Ia menambahkan bahwa Indonesia harus terus berupaya menjadi negara yang maju dan berdaulat dengan masyarakat yang sejahtera, bermoral, dan bermartabat. Peran generasi muda, terutama pemuda Papua, menurutnya sangat penting untuk mendukung pembangunan dan menjaga persatuan.

“Saya sebagai warga negara Indonesia, sebagai generasi muda Indonesia, dan sebagai pemuda asli Papua, saya berharap teman-teman di luar sana, di luar negeri, dan teman-teman di seluruh Indonesia mari doakan dan dukung Tanah Papua menjadi daerah yang lebih damai, lebih maju, lebih indah, dan selalu menjadi surga kecil yang jatuh ke bumi,” kata Ali.

Senada dengan itu, Ketua DPC Barisan Merah Putih Kabupaten Manokwari Selatan, Johni Saiba, SE, MM, menilai peringatan kemerdekaan tahun ini juga menjadi kesempatan untuk memperkuat visi Indonesia ke depan. Menurutnya, tema Bersatu Berdaulat Rakyat Sejahtera untuk Indonesia Maju mencerminkan semangat kolektif menuju Indonesia Emas 2045.

“Biarlah momen RI yang ke-80 Tahun ini Indonesia semakin maju, rakyat sejahtera untuk menuju Indonesia Emas 2045, merdeka,” tegas Johni.

Dengan pesan keduanya, HUT RI ke-80 diharapkan tidak hanya menjadi perayaan simbolis, melainkan juga momentum memperkuat tekad membangun Papua dan seluruh Indonesia agar lebih maju, damai, serta berkeadilan.

Tokoh Papua Dukung Kedamaian Papua Pada Momentum HUT RI ke-80

Papua – Pada momentum Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80, sejumlah tokoh Papua menyerukan pentingnya menjaga perdamaian dan persatuan di Tanah Papua. Mereka menegaskan bahwa momentum bersejarah ini harus menjadi titik balik bagi seluruh elemen masyarakat Papua untuk bersatu padu, mendukung pembangunan, dan meninggalkan konflik yang menghambat kesejahteraan.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Barisan Merah Putih Republik Indonesia, Ali Kabiay mengatakan bahwa HUT RI ke-80 merupakan momentum penting seluruh masyarakat dan pemerintah untuk bersama-sama mencari solusi perkembangan bangsa.

“Saya Ali Kabiay Sekjen Dewan Pimpinan Pusat Barisan Merah Putih Republik Indonesia, yang berkedudukan di Papua, Ketua DPD Pemuda Mandala Trikora Provinsi Papua, Ketua Pemuda Adat Saireri Nabire. Saya ingin mengucapkan Dirgahayu Republik Indonesia yang ke-80. Ini tentunya merupakan momentum yang sangat luar biasa bagi kita semua sebagai warga negara untuk bagaimana kita selalu bersama-sama dengan pemerintah memberikan kontribusi mencari solusi, bagi perkembangan bangsa kita kedepannya,” ujar Ali Kabiay.

Menurut Ali Kabiay, Indonesia diharapkan menjadi negara yang maju pesat masyarakat di seluruh Indonesia menjadi sejahtera bermoral bermartabat.

“Yang terpenting saya sebagai warga negara Indonesia sebagai generasi muda Indonesia dan sebagai pemuda asli Papua, saya berharap teman-teman di luar sana, di luar negeri, teman-teman di seluruh Indonesia mari doakan dan dukung Tanah Papua menjadi daerah yang lebih damai lebih maju lebih indah dan selalu menjadi surga kecil yang jatuh ke bumi bagi seluruh masyarakat dan menjadi berkat untuk banyak orang, terima kasih. Dirgahayu Indonesia ke-80, Tuhan memberkati,” pungkas Ali Kabiay.

Ketua DPC Barisan Merah Putih Kabupaten Manokwari Selatan, Johni Saiba, SE, MM, juga turut mendukung Indonesia semakin maju pada HUT RI ke-80.

“Saya Johni Saiba, SE, MM, Ketua DPC Barisan Merah Putih Kabupaten Manokwari Selatan, mengucapkan Dirgahayu RI yang ke-80 Tahun, di dirgahayu ke 80 tahun dengan mengambil tema Bersatu Berdaulat Rakyat Sejahtera untuk Indonesia Maju. Biarlah momen RI yang ke-80 Tahun ini Indonesia semakin maju rakyat sejahtera untuk menuju Indonesia Emas 2045, merdeka,” kata Johni Saiba.

Para Tokoh Papua tersebut juga mengajak seluruh lapisan masyarakat, baik tokoh adat, tokoh agama, pemuda, maupun perempuan Papua, untuk turut serta menjaga kerukunan dan menolak segala bentuk provokasi yang dapat memecah belah persatuan bangsa. Momentum HUT RI ke-80 dinilai sebagai kesempatan emas untuk memperkuat dialog antara masyarakat dan pemerintah.

Tokoh Papua Apresiasi HUT RI ke-80 dan Dukung Papua Lebih Maju

Papua – Memasuki usia ke-80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia, sejumlah tokoh Papua menyampaikan apresiasi serta harapan besar agar momentum ini menjadi pendorong percepatan pembangunan di tanah Papua. Bagi masyarakat Papua, peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan RI bukan sekadar seremonial, melainkan refleksi atas perjalanan panjang bangsa sekaligus kesempatan untuk meneguhkan komitmen terhadap persatuan dan kemajuan bersama.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Barisan Merah Putih Republik Indonesia, Ali Kabiay mengatakan bahwa HUT RI ke-80 merupakan momentum penting seluruh masyarakat dan pemerintah untuk bersama-sama mencari solusi perkembangan bangsa.

“Saya Ali Kabiay Sekjen Dewan Pimpinan Pusat Barisan Merah Putih Republik Indonesia, yang berkedudukan di Papua, Ketua DPD Pemuda Mandala Trikora Provinsi Papua, Ketua Pemuda Adat Saireri Nabire. Saya ingin mengucapkan Dirgahayu Republik Indonesia yang ke-80. Ini tentunya merupakan momentum yang sangat luar biasa bagi kita semua sebagai warga negara untuk bagaimana kita selalu bersama-sama dengan pemerintah memberikan kontribusi mencari solusi, bagi perkembangan bangsa kita kedepannya,” ujar Ali Kabiay.

Menurut Ali Kabiay, Indonesia diharapkan menjadi negara yang maju pesat masyarakat di seluruh Indonesia menjadi sejahtera bermoral bermartabat.

“Yang terpenting saya sebagai warga negara Indonesia sebagai generasi muda Indonesia dan sebagai pemuda asli Papua, saya berharap teman-teman di luar sana, di luar negeri, teman-teman di seluruh Indonesia mari doakan dan dukung Tanah Papua menjadi daerah yang lebih damai lebih maju lebih indah dan selalu menjadi surga kecil yang jatuh ke bumi bagi seluruh masyarakat dan menjadi berkat untuk banyak orang, terima kasih. Dirgahayu Indonesia ke-80, Tuhan memberkati,” pungkas Ali Kabiay.

Ketua DPC Barisan Merah Putih Kabupaten Manokwari Selatan, Johni Saiba, SE, MM, juga turut mendukung Indonesia semakin maju pada HUT RI ke-80.

“Saya Johni Saiba, SE, MM, Ketua DPC Barisan Merah Putih Kabupaten Manokwari Selatan, mengucapkan Dirgahayu RI yang ke-80 Tahun, di dirgahayu ke 80 tahun dengan mengambil tema Bersatu Berdaulat Rakyat Sejahtera untuk Indonesia Maju. Biarlah momen RI yang ke-80 Tahun ini Indonesia semakin maju rakyat sejahtera untuk menuju Indonesia Emas 2045, merdeka,” kata Johni Saiba.

Para Tokoh Papua tersebut juga mengajak semua elemen masyarakat Papua untuk terus menjaga kedamaian serta menolak segala bentuk kekerasan. Stabilitas keamanan dinilai menjadi fondasi utama keberhasilan pembangunan.

Peringatan HUT RI ke-80 tahun ini diharapkan menjadi momentum kebangkitan Papua, baik dalam pembangunan ekonomi, sosial, maupun budaya. Dengan semangat persatuan, tokoh Papua tersebut menegaskan bahwa Papua akan semakin maju bersama Indonesia.

Dirgahayu ke-80 Republik Indonesia, Ali Kabiay: Bangsa Maju, Rakyat Bermartabat

Jakarta – Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia disambut penuh optimisme oleh berbagai elemen masyarakat. Salah satunya datang dari Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Barisan Merah Putih Republik Indonesia (DPP BMP RI), Ali Kabiay, yang menekankan pentingnya menjadikan momentum ini sebagai pijakan untuk mewujudkan Indonesia yang lebih maju, sejahtera, dan bermartabat di kancah global.

Ali Kabiay mengungkapkan, delapan dekade kemerdekaan bukan sekadar perayaan simbolis, melainkan saat yang tepat bagi seluruh warga negara untuk memperkuat tekad bersama-sama dengan pemerintah mencari solusi bagi berbagai tantangan bangsa. Ia menegaskan bahwa pembangunan nasional tidak dapat hanya mengandalkan peran pemerintah, melainkan memerlukan kontribusi aktif seluruh masyarakat.

“Ini tentunya merupakan momentum yang sangat luar biasa bagi kita semua sebagai warga negara untuk bagaimana kita selalu bersama-sama dengan pemerintah memberikan kontribusi mencari solusi bagi perkembangan bangsa kita ke depannya. Tentunya Indonesia diharapkan menjadi negara yang maju dan pesat, serta masyarakat di seluruh Indonesia menjadi sejahtera, bermoral, dan bermartabat,” ujar Ali Kabiay.

Sebagai pemuda asli Papua, Ali Kabiay juga menaruh perhatian besar pada kemajuan tanah kelahirannya. Ia menyampaikan harapannya agar masyarakat Indonesia di manapun berada terus mendoakan dan mendukung Tanah Papua menjadi wilayah yang damai, maju, serta menjadi kebanggaan nasional.

“Saya sebagai warga negara Indonesia dan sebagai pemuda asli Papua, berharap teman-teman di luar sana, baik di luar negeri maupun di seluruh Indonesia ikut mendoakan dan mendukung Tanah Papua menjadi daerah yang lebih damai, lebih maju, lebih indah dan selalu menjadi surga kecil yang jatuh ke bumi bagi seluruh masyarakat dan menjadi berkat untuk banyak orang. Terima kasih Dirgahayu Indonesia ke-80, Tuhan memberkati,” tambahnya.

Dukungan serupa juga datang dari Johni Saiba, SE, MM, Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Barisan Merah Putih Kabupaten Manokwari Selatan. Ia menegaskan bahwa peringatan HUT RI ke-80 harus menjadi momentum memperkuat komitmen menuju Indonesia Emas 2045.

“Biarlah momen RI yang ke-80 Tahun ini Indonesia semakin maju, rakyat sejahtera untuk menuju Indonesia Emas 2045,” ujarnya.

Harapan yang disampaikan Ali Kabiay dan Johni Saiba selaras dengan semangat pemerintah yang saat ini tengah fokus mempercepat transformasi menuju negara maju. Berbagai program strategis nasional, mulai dari pembangunan infrastruktur, penguatan sumber daya manusia, transformasi ekonomi berbasis digital, hingga penguatan kemandirian energi dan pangan, menjadi landasan penting bagi terwujudnya Indonesia yang berdaya saing.

Peringatan HUT RI ke-80 menjadi refleksi perjalanan panjang bangsa dalam menjaga persatuan sekaligus menatap masa depan dengan penuh keyakinan. Harapan yang disampaikan tokoh-tokoh Barisan Merah Putih menggambarkan semangat nasionalisme yang terus hidup di tengah masyarakat. Dengan kolaborasi erat antara pemerintah dan seluruh rakyat, Indonesia diyakini mampu melangkah lebih kokoh menuju cita-cita besar sebagai bangsa maju dengan rakyat yang sejahtera, bermoral, dan bermartabat.